Menko AHY dan Gubernur Mirza Ajak Mahasiswa Unila Jadi Generasi Pemimpin yang Inovatif dan Berkarakter

28

BANDAR LAMPUNG, BERITAANDA – Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menghadiri Stadium General bertema ‘Membangun Kepemimpinan Kolaboratif dan Inovatif untuk Masa Depan Bangsa’ yang diselenggarakan oleh BEM U KBM Unila Periode 2025 di GSG Universitas Lampung, Selasa (14/10/2025).

Kegiatan tersebut diikuti ribuan mahasiswa baru dari berbagai fakultas di lingkungan Universitas Lampung dan menghadirkan narasumber utama, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Republik Indonesia, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dalam kesempatan itu, Gubernur Lampung menyampaikan apresiasi kepada BEM Unila yang telah menyelenggarakan kegiatan inspiratif dan relevan dengan tantangan zaman.

“Tema ini menunjukkan semangat mahasiswa Unila untuk menatap masa depan dengan optimisme dan penuh tanggung jawab,” ujarnya.

Ia menambahkan, tema tersebut sejalan dengan tantangan era kini yang menuntut pemimpin muda berwawasan luas, terbuka, serta mampu bekerja sama lintas sektor dan lintas generasi.

“Kita ke depan butuh pemimpin-pemimpin muda, tapi pemimpin muda yang penuh dengan kualitas,” ucapnya.

Menurut Gubernur, karakter kepemimpinan masa kini tidak lagi diukur dari siapa yang paling kuat atau berkuasa, tetapi dari kemampuan memberdayakan dan bekerja sama dengan orang lain.

“Kepemimpinan hari ini berbicara tentang siapa yang mampu memberdayakan orang lain, yang mau bekerja sama, mendengar, dan berkolaborasi. Itulah kepemimpinan hari ini. Dan saya yakinkan, pemimpin masa depan adalah mereka yang mampu memegang teguh nilai-nilai tersebut dalam menjalankan kepemimpinannya,” tegasnya.

Di tengah dinamika perubahan yang luar biasa, Gubernur juga menekankan pentingnya kemampuan melihat peluang di balik tantangan.

“Teknologi, informasi, dan perubahan sosial datang silih berganti. Tantangan enam bulan yang lalu sudah sangat berbeda, bahkan mungkin bulan depan akan berbeda lagi. Di tengah derasnya perubahan ini, kita butuh pemimpin yang bisa mendengarkan, bekerja sama lintas sektor, dan mampu melihat peluang di balik tantangan,” imbuhnya.

Gubernur menegaskan, mahasiswa adalah energi perubahan bangsa, sementara kampus bukan hanya tempat menimba ilmu, melainkan juga ruang pembentukan karakter dan kepemimpinan.

“Mahasiswa adalah sumber energi perubahan bangsa. Kampus hari ini bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga ruang untuk belajar menjadi pemimpin, tempat melatih diri, berpikir kritis, berdiskusi, berdebat, dan menemukan solusi dari berbagai permasalahan,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur juga menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung terus membuka ruang kolaborasi bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Melalui berbagai program pembinaan dan pelatihan, pemerintah mendorong anak muda agar mampu berinovasi memanfaatkan potensi lokal daerah.

“Di tengah kondisi ekonomi Provinsi Lampung yang saat ini berfokus pada peningkatan nilai tambah sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, pemerintah berkomitmen meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta memperkuat infrastruktur agar pertumbuhan ekonomi dapat merata hingga ke pedesaan,” jelasnya.

“Kami percaya, masa depan Lampung dan Indonesia akan semakin cerah jika generasi mudanya aktif berperan, bukan hanya menonton. Hal ini tidak akan tercapai tanpa kolaborasi yang baik antara generasi pemimpin sekarang dan generasi penerus,” tegasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengajak mahasiswa untuk memahami tantangan global yang dihadapi Indonesia saat ini, mulai dari perubahan demografi, krisis iklim, hingga disrupsi teknologi yang menuntut lahirnya generasi pemimpin adaptif dan inovatif.

“Mari sama-sama kita berkolaborasi. Semangat dari pertemuan ini adalah inovasi dan kolaborasi. Saya senang kalau kalangan kampus, termasuk mahasiswa, aktif menyampaikan masukan. Ini penting untuk didengar, karena pembangunan yang bermartabat adalah pembangunan yang melibatkan semua golongan dan kalangan,” ajaknya.

AHY menjelaskan bahwa populasi dunia saat ini telah mencapai 8,5 miliar jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 10 miliar pada tahun 2045–2050.

“Konsekuensinya, dengan semakin banyaknya penduduk dunia, akan terjadi kelangkaan ketika daya dukung bumi tidak lagi mencukupi, baik dalam hal pangan, energi, maupun air,” ungkapnya.

“Oleh karena itu, Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya mencapai ketahanan dan swasembada pangan, energi, dan air. Hal ini menjadi prioritas karena tantangan ke depan berkaitan erat dengan tiga sektor vital tersebut,” lanjutnya.

AHY juga menyoroti perubahan demografi yang tidak hanya terkait pertumbuhan, tetapi juga penuaan populasi. Namun, menurutnya, Indonesia patut bersyukur karena mayoritas penduduknya masih berusia muda dan produktif.

“Dengan hadirnya bonus demografi, kita harus meningkatkan keterampilan tenaga kerja Indonesia. Teknologi terus berkembang, kemajuan artificial intelligence menghadirkan disrupsi, banyak pekerjaan lama tergantikan oleh sistem dan mesin. Karena itu diperlukan upgrading, upskilling, dan reskilling bagi tenaga kerja kita,” jelasnya.

Ia juga menyoroti isu keberlanjutan dan krisis iklim sebagai persoalan serius yang dihadapi seluruh negara.

“Krisis iklim bisa menyebabkan banyak dampak buruk seperti kekeringan, gagal panen, bencana alam, bahkan kematian. Ini berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap keselamatan masyarakat dan perekonomian dunia,” tuturnya.

“Isu keberlanjutan atau sustainability juga menjadi perhatian global. Negara-negara kini menyadari bahwa tanpa kerja serius, kita tidak bisa mengatasi krisis iklim. Karena itu, transisi menuju energi baru dan terbarukan harus dikawal dengan sungguh-sungguh. Kita tidak boleh hanya bergantung pada bahan bakar fosil, tapi harus berinovasi mencari sumber energi alternatif,” lanjut AHY.

Di tengah ketidakpastian global, AHY menegaskan bahwa Indonesia harus cerdas dalam mengambil peluang.

“Megatrend global menghadirkan ketidakpastian sekaligus peluang baru. Indonesia harus cerdas memanfaatkan peluang yang ada di depan mata sekaligus mampu memitigasi risikonya,” tegasnya. (Katharina)

Bagaimana Menurut Anda