PALEMBANG, BERITAANDA – Pengusaha batubara di Sumsel memastikan sudah memenuhi kewajiban memasok batubara untuk keperluan domestik yang digunakan pembangkit PLN minimal 25 persen. Setelah kewajiban ini terpenuhi barulah mereka melakukan ekspor ke luar negeri.
Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Sumatera Selatan, Andi Asmara, bersyukur kran ekspor batubara kembali dibuka karena bisa saja kebutuhan batubara untuk pembangkit PLN yang sempat minim sudah terpenuhi, sehingga secara bertahap kran ekspor dibuka lagi.
Kebijakan ini dinilai membawa angin segar bagi pengusaha batubara, karena menghapus stigma negatif mengenai ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Andi mengatakan, pemerintah sempat melarang ekspor karena saat ini pasokan batubara untuk 17 pembangkit PLN di kawasan Jawa Bali terancam tidak aman karena hanya cadangan hanya tinggal tersedia sedikit.
Andi menjelaskan suplai batubara ke PLN lambat karena dampak cuaca. Karena saat ini diujung dan awal tahun mulai Desember hingga Maret adalah waktu hujan paling deras sehingga dampaknya terkendala pada produksi.
Sebab saat hujan aktivitas tambang stop total karena memikirkan aspek keselamatan pekerja. Dampaknya bisa saja tiga hari berturut-turut tidak ada aktivitas tambang membuat stockpile batubara kosong dan antrean mobil pengangkut batubara juga panjang dan hanya menganggur saja.
Itulah sebabnya kemarin pemerintah sempat stop ekspor karena cadangan batubara untuk pasukan PLN minim. Seharusnya cadangan untuk PLN aman paling tidak untuk kebutuhan 20 hari.
“Kemarin itu pasokan batubara PLN kurang dari 10 hari, bahkan seminggu yang mengancam pemadaman yang membuat lebih dari 10 juta pelanggan akan padam sehingga efek dominonya akan panjang,” ujar Andi, Jumat (14/1).
Sementara itu kondisi aman dan normal untuk PLN yang letaknya berada di mulut tambang paling tidak tersedia stok batubara untuk 15 hari ke depan. Seperti di Sumsel lokasi pembangkit PLN yang dekat dengan stocpile batubara aman hingga kini.
Perusahaan tambang batubara memiliki waktu efektif untuk produksi selama delapan bulan per tahun, atau saat cuaca tidak masuk musim penghujan. Berdasarkan catatan asosiasi, produksi batubara tambang swasta mencapai 25 juta ton per tahun. Namun, lantaran kondisi hujan pada akhir tahun, produksi ditaksir berkurang menjadi 20 juta ton. (Febri)