Angkot Sidimpuan-Sipirok Telantarkan Anak SD, Keluarga Panik

186
Setelah sempat terlantar karena diturunkan oknum sopir angkot jurusan Sidimpuan-Sipirok ditengah perjalanan, ESP (9) akhirnya tiba dengan selamat di rumah dan kembali ke pangkuan kedua orangtuanya di Sipirok.

TAPANULI SELATAN, BERITAANDA – Masyarakat Tapanuli Selatan (Tapsel) diminta lebih hati-hati memilih tumpangan angkot (angkutan kota) jurusan Sidimpuan-Sipirok. Terlebih kalangan anak sekolahan.

Pasalnya, angkot berwarna dasar merah hijau dan putih, umumnya menggunakan mesin TS 1.3 itu, diduga pekerjakan sopir yang tidak profesional, dan diduga minim tanggung jawab dan rasa kemanusiaan.

Salah seorang anak, sebut saja Eroz (9) menjadi korban. Ditelantarkan oknum sopir angkot dengan diturunkan ditengah jalan menuju Sipirok. Kejadian itu Eroz alami sepulang sekolah, Senin (12/8/2024).

Abang kandung bocah tersebut, Rahman Hadi menceritakan, adiknya berangkat dari Pargarutan (Angkola Timur) pukul 15.00 WIB. Namun tiga jam berselang tidak juga tiba di rumah orang tua mereka di Sipirok.

“Sudah tiga jam berlalu, tapi yang ditunggu gak juga sampai di rumah. Kamipun mulai gelisah dan langsung mencarinya, ke sana kemari,” ungkapnya.

Kepanikan luar biasa juga melanda keluarga lainnya ketika itu, A. Busro Harahap (43). Ia mengaku heran dan was-was begitu ketahui kabar bahwa salah satu anggota keluarga mereka belum sampai ke tujuan di Sipirok.

“Soalnya saya sendiri yang menaikkan Eroz setelah sebelumnya memastikan ke sopir bahwa angkot tersebut sampai ke Sipirok. Tetapi dua jam kemudian saya ditelpon dari Sipirok ternyata belum sampai,” jelasnya.

Keluarga besar pun sempat heboh mencari tahu keberadaan anak bungsu mereka itu. Baik itu pihak keluarga yang ada di Sipirok maupun keluarga di daerah Angkola Timur.

Syukurnya, nasib baik masih berpihak atas anak yang masih duduk di bangku kelas 4 MI (setingkat SD) di Angkola Timur itu. Sebab, Eroz ditemukan dan dikenali oleh salah seorang staf di kantor Bupati Tapsel.

Melihat keberadaan Eroz masih kenakan seragam sekolah saat itu berdiri menangis di pinggir jalan, ASN yang tengah dalam perjalanan pulang itu menghampiri Eroz. Selepas menanyai, segera ia menelepon pihak keluarga mengenai keberadaan Eroz.

Sesampai di rumah orang tua, tampak Eroz masih trauma dan sedih. Sembari berurai air mata, dengan terbata-bata Eroz cerita, saat naik angkot penumpang masih ramai. Bahkan, salah seorang penumpang angkot waktu itu, ia kenal betul karena merupakan ustadzah atau gurunya di MI. Akan tetapi berangsur keadaan angkot jadi sepi setelah satu persatu penumpang turun di tujuan.

Eroz menyebut, ustadzahnya tersebut turun di Pal XI, setelahnya turun pula penumpang di Tolang. Hingga akhirnya hanya bocah itu penumpang yang tersisa di dalam angkot.

“Setelah itu bang sopir bilang, ‘dison ma ho turun adong do anon angkot i (disinilah kau turun, masih ada nanti angkot itu),” ungkap Eroz yang saat itu terpaksa turuni angkot.

Berada di tempat yang belum familiar bagi dia, praktis membuatnya bingung karena tak tahu harus bagaimana. Hingga akhirnya pertolongan yang tidak Eroz sangka datang dari seorang lelaki baik berseragam ASN.

Ida Siregar (48), ibunda ESP berucap syukur dan terima kasihnya kepada penolong anak yang disayanginya tersebut. Meski kecewa bercampur marah terhadap ulah sang sopir angkot masih menyelimuti perasaannya.

“Apalah kira-kira yang ada di pikiran si sopir angkot itu, tega-teganya menurunkan anak yang belum mengerti dan tahu apa-apa ditengah perjalanan seperti itu,” ungkapnya.

Menurut Ida, anaknya masih tahap belajar menumpangi angkot ke sekolah, sehingga belum paham situasi di perjalanan. Apa yang dilakukan sang sopir kepada anaknya tersebut ia nilai sangat tidak ada nurani.

“Semoga si sopir itu sadar atas perilakunya. Perusahaan angkot pun harus lebih selektif pekerjakan sopir. Harus orang yang betul-betul miliki tanggung jawab terutama dalam hal keselamatan penumpang,” harapnya. [Anwar]

Bagaimana Menurut Anda