LAMSEL-LAMPUNG, BERITAANDA – Bunda Literasi Kabupaten Lampung Selatan Hj. Winarni Nanang Ermanto berupaya menjaga dan melestarikan budaya berupa aksara Lampung. Pasalnya, penggunaan aksara Lampung saat ini mulai tergerus oleh zaman.
Hal itu diungkapkan Bunda Winarni dalam acara Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca serta Pengukuhan 17 Bunda Literasi Tingkat Kecamatan se-Kabupaten Lampung Selatan yang dipusatkan di Lapangan Tenis Indoor, Kalianda, Rabu (3/11).
Sebagai Bunda Literasi, Winarni berharap penggunaan aksara Lampung bisa terus dikampanyekan di Kabupaten Lampung Selatan. Caranya dengan mengupayakan penulisan aksara Lampung pada sejumlah fasilitas publik yang ada di Lampung Selatan.
“Seperti di tempat pariwisata, di hotel-hotel, bandara, sekolah, kampus, dan tempat-tempat ruang publik lainnya. Supaya dipasang aksara Lampung dibawah tulisan bahasa Indonesia,” kata Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lampung Selatan ini.
Untuk itu, Bunda Winanri meminta kepada pemerintah daerah setempat, khususnya Bupati Lampung Selatan agar dapat mendukung dan merealisasikan hal tersebut.
“Saya mohon kepada pak bupati, supaya aksara Lampung ini bisa dilestarikan bersama-sama. Jadi mungkin dari semua kantor dan ruangan harus ada tulisan aksara Lampung,” ujarnya.
Lebih lanjut Bunda Winarni mengatakan, masyarakat Lampung khususnya Kabupaten Lampung Selatan perlu melestarikan bahasa Lampung sebagai salah satu kekayaan daerah.
Menurutnya, bahasa Lampung ini unik karena memiliki aksara Lampung dan terdiri dari dialek A dan O. Sehingga generasi muda perlu melestarikan agar tidak hilang termakan zaman.
“Kita sebagai masyarakat Lampung harus bangga karena memiliki aksara Lampung. Di Indonesia ini hanya ada delapan provinsi yang punya aksara, salah satunya Provinsi Lampung. Jadi masyarakat harus lebih mengenal lagi aksara Lampung,” imbuh Winarni.
Diketahui, aksara Lampung yang dikenal sebagai tulisan Basaja atau had Lampung, adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di selatan pulau Sumatera. Aksara ini digunakan untuk menulis rumpun bahasa Lampung dan bahasa Melayu.
Aksara Lampung adalah sistem tulisan abugida yang terdiri dari empat macam unsur, yaitu kelabai surat (20 aksara dasar), benah surat (12 diakritik), angka, dan tanda baca. (Katharina Yanuarti)