



INDRALAYA-OI, BERITAANDA – Harga getah karet saat ini yang mulai beranjak naik, memicu ‘gairah’ para petani di Desa Tebedak I dan II Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir [OI] untuk makin ekstra melakukan aktifitasnya menyadap getah karet di kebun.
Namun dibalik ‘semangat 45’ karena kenaikan harga komoditi ini, para petani di dua desa tersebut juga dihantui rasa was-was. Sebab, akhir-akhir ini beberapa kali warga dua desa itu kehilangan getah yang sudah beku di wadah penampungan (cedolan) yang terpasang di setiap batang karet mereka.
Bahkan ada warga sampai menangis tak menyangka cedolan yang mereka kumpulkan tetes demi tetes itu raib digondol maling.
Seperti yang dirasakan Mukhlis misalnya. Cedolan getah karetnya yang disadapnya selama 2 hari lenyap tak bersisa. Hal ini membuatnya merasa sedih dan kesal, karena terancam mengalami kekurangan uang.
“Padahal hari Rabu biasanya getah kami ditimbang, dengan kejadian itu tentu saja penghasilan karet dan penghasilan rupiah juga berkurang, dan bahkan tidak mendapat sama sekali,” tuturnya, Rabu (24/3) pagi, dengan raut muka sedih.
Tak hanya bertutur di media ini, ada juga warga setempat berkeluh kesah lewat postingan di media sosial semisal Facebook. Salah satu netizen menuliskan harga getah mulai naik berpotensi naiknya kriminal.
“Kejadian hari ini kehilangan beku, getah mahal mengundang kriminal,” tulis warga dengan akun FB Maylan Adli.

Sedangkan akun FB Deazie Rizqi Sumadi, dengan banyaknya kejadian itu ia melontarkan pertanyaan kepada pihak terkait serta siapa yang berwenang memberikan rasa aman. Mengingat profesi penyadap karet merupakan pekerjaan mayoritas dan mata pencaharian utama warga desa ini.
“Dengan maraknya serta keluh kesah warga akibat kehilangan getah wa bil khusus di desa kita tercinta yaitu Tebedak, kira-kira tindakan apa yg harus dilakukan??. Dalam hal ini siapa yg berwenang utk memberikan rasa aman kpd warga??. Ingat ini adalah mata pencaharian warga, yg setiap minggu diharapkan hasilnya!!!. Miris ketika mendengar warga mengeluh krn kehilangan getah,” tulisnya pula.
Sambungnya, apakah warga harus bermalam di kebun untuk menjaga getah mereka, atau justru mengintai dan mencari siapa pelakunya lalu mengambil tindakan sendiri untuk menghukumnya. “Saya kira bukan itu solusi terbaik,” lanjutnya bernada menyindir. (Adie)