3 Bentuk Kemuliaan yang Diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk Umat

449

SERBA-SERBI, BERITAANDA – Hidup adalah mencari kemuliaan baik di dunia atau akhirat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajari kita tiga macam kemuliaan, yaitu sikap rela memaafkan, rendah hati (tawaduk), dan memberi tanpa pamrih. Dan, ketiga sikap tersebut bersumber pada luasnya limpahan rasa kasih sayang beliau pada umatnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memaafkan bukan karena terpaksa atau karena tidak mampu membalas, tapi karena kasih sayang dan keikhlasan yang sempurna.

Menurut Imam al-Ghazali memaafkan yang hakiki adalah bahwa seseorang itu memiliki hak untuk membalas, meng-qishas, menuntut, atau menagih dari seseorang yang tertentu, tapi hak yang dimilikinya tersebut dilenyapkan atau digugurkan sendiri, sekalipun ia berkuasa untuk mengambil haknya itu.

Sikap rela memaafkan yang beliau contohkan bukan pula karena adanya paksaan dari orang lain, atau adanya pertimbangan keuntungan yang akan diperoleh, namun semata-mata dilakukan untuk mendapatkan rida Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dalam suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpesan kepada para sahabatnya, “rendah hati (tawaduk) itu tidak menambah seseorang melainkan ketinggian. Karena itu bertawadhulah, pasti Allah akan meninggikan derajatmu. Memberi pengampunan itu tidak menambah seseorang, melainkan kemuliaan. Karena itu, berilah pengampunan, pasti Allah akan memuliakan kamu semua. Bersedekah itu tidak mempengaruhi harta seseorang, melainkan akan semakin banyak jumlahnya. Karena itu bersedekahlah, pasti Allah akan memberikan kasih sayang-Nya pada kalian semua”. (diriwayatkan ad-Dailami dan Ashfihani).

Diungkapkan pula, “seutama-utamanya akhlak dunia dan akhirat adalah agar engkau menghubungkan tali silaturahim dengan orang yang memutuskan silaturahmi denganmu, memberi sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi pemberian padamu, serta memberi maaf kepada orang yang menganiaya dirimu”. (diriwayatkan oleh Thabrani, Baihaqi, dan Ibnu Abi ad-Dunya).

Dalam situasi zaman yang serba tak menentu ini, dimana individualisme, lunturnya kepedulian sosial, kesenjangan sosial, juga dendam yang diperturutkan nilai moral yang dicontohkan Rasulullah tersebut layak dihidupkan kembali, minimal dalam kehidupan pribadi, keluarga, hubungan kerja, ataupun masyarakat sekitar.

Walau terlihat sepele, namun dampak yang ditimbulkannya akan sangat besar. Tentang hal ini, Gerald Jampolsky mengatakan, kekuatan cinta dan kasih sayang serta sikap rela memaafkan dapat membuahkan keajaiban-keajaiban dalam hidup. (*)

Sumber: republika.co.id

Bagaimana Menurut Anda