Kecerdasan Buatan Terus Berkembang, Akankah kita Tergantikan?

208
Ilustrasi.

Oleh Benny Chandra Monacho (S262108038), Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret

BERITAANDA – Di era saat ini, teknologi dan informasi terus berkembang semakin pesat yang menuntut segala bidang profesi untuk terus mengembangkan cara bekerja dengan cepat dan tepat untuk mencapai tujuan dengan efisien. Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini hadir dan mendisrupsi beragam lini kehidupan.

Dengan hadirnya kecerdasan buatan, mendisrupsi bidang pekerjaan yang mungkin akan digantikan oleh mesin otomatis. Brookings Institution melakukan studi di tahun 2019 dan hasilnya menyatakan bahwa ada sekitar 36 juta orang dengan pekerjaan yang terancam digantikan oleh otomatisasi.

Dalam buku The Malicious Use of Artificial Intelligence yang dirilis University of Cambride pada tahun 2018 mengungkapkan bahaya dari kecerdasan buatan. Pada buku ini menyoroti penggunaan kecerdasan buatan untuk kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengancam keamanan digital seperti peretasan, pengendalian drone, menghilangkan privasi, pemalsuan profil, serta kampanye disinformasi yang otomatis dan tertarget.

Lalu, apakah sepenuhnya kecerdasan buatan hadir untuk mendisrupsi kehidupan manusia dan memberi dampak negatif bagi kehidupan?.

Kecerdasan buatan sebenarnya sudah dikenal sejak lama, namun berkembang sejak pertengahan abad 20. Di tahun 1956, John McCarthy mendefinisikan Artificial Intelligence sebagai  aktivitas yang dilakukan manusia untuk membuat sebuah teknologi agar memiliki fungsi dan perilaku seperti halnya manusia. Dua hal penting yang tidak dapat lepas dari perkembangan kecerdasan buatan adalah big data dan computing power. Untuk dapat membuat sebuah perangkat memiliki kemampuan berpikir dan bertindak seperti manusia, diperlukan data dalam jumlah yang luar biasa besar.

Kecerdasan buatan tidak hanya mampu memudahkan kerja manusia, tetap juga mampu meyelesaikan pekerjaan yang banyak dan berulang dengan waktu yang ringkas. Dalam waktu singkat, kecerdasan buatan bisa menyajikan solusi dan pemecahan masalah yang bagi otak manusia membutuhkan waktu yang lama. Dengan tingkat keauratan yang lebih konsisten kecerdasan buatan juga dapat digunakan untuk proses penilaian hasil belajar, manajemen keuangan sekolah, sistem penerimaan murid baru, dan pekerjaan lainnya yang membutuhkan tingkat akurasi tinggi.

Dengan sistem kecerdasan buatan, mekanisme proses akan selalu bekerja dan memproses data yang sudah diprogramkan dengan lebih banyak dan lama. Hasil proses data akan selalu tersimpan dan menjadi sumber informasi baru yang bisa digunakan kapanpun.

Sesuai dengan fungsinya, kecerdasan buatan memang dirancang untuk bisa mengajarkan dirinya sendiri. Kecerdasan buatan akan terus belajar sesuai instruksi algoritma yang diatur. Kecerdasan buatan akan selalu beradaptasi dan belajar sesuai dengan data baru yang ditambahkan. Misalnya, dalam sistem personalisasi pembelajaran, kecerdasan buatan akan selalu belajar dari riwayat aktivitas yang sudah dilakukan murid dan selanjutnya akan memberikan solusi pembelajaran kepada murid dan menyajikan informasi yang dibutuhkan secara otomatis.

Di dunia pekerjaan, kecerdasan buatan bisa memberikan efektifitas dalam pengerjaan tugas yang objektifnya menggunakan proses pengulangan (otomatisasi), sehingga error rate menjadi lebih rendah. Selain itu, banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh kecerdasan buatan  tapi tidak bisa dilakuin manusia dikarenakan alasan safety.

Dalam pemanfaatan kecerdasan buatan, bukan saatnya lagi untuk membandingkan dampak positif atau negatif yang difokuskan, karena memang kecerdasan buatan sudah kemutlakkan zaman. Menanyakan dampak baik buruknya suatu teknologi adalah pertanyaan sepanjang zaman. Mungkin di abad ke-15 banyak yang mempertanyakan terkait dampak positif negatif dari mesin cetak karena digunakan untuk menyebar propaganda dan disinformasi, selain hal-hal positif lainnya. Teknologi selalu akan menjadi pedang bermata dua selama dipakKecerdasan Buatan  oleh manusia.

Dengan perkembangannya, konsep Society 5.0 hadir. Society 5.0 adalah suatu konsep society yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang pertama kali dikembangkan oleh Jepang.

Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan akan mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (internet of things) menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan.  Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Konsep Society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya:

Society 1.0 : pada saat manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan.

Society 2.0 : adalah era pertanian dimana manusia sudah mengenal bercocok tanam.

Society 3.0 : sudah memasuki era industri yaitu ketika manusia sudah mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari

Society 4.0 : manusia sudah mengenal komputer hingga internet.

Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri.

Dengan adanya Society 5.0, manusia, benda, dan sistem akan terhubung di dunia maya sehingga diperoleh  hasil optimal dari proses kecerdasan buatan dan penggabungan teknologi big data. Konsep Society 5.0 hadir bukan hanya untuk menjawab kebingungan sebagian orang tentang keberlanjutan perannya, tetapi juga memberi pemahaman bahwa kecerdasan buatan (termasuk komponen pendukung lainnya) dan manusia akan berjalan beriringan dalam menjalani kehidupan. [*]

Bagaimana Menurut Anda