JAKARTA, BERITAANDA – PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk resmi melayani seluruh nasabah dan masyarakat Indonesia dengan single system per 1 November 2021.
Pasca single system ini, maka seluruh produk dan layanan yang ada di tiga bank legacy sudah dapat dilayani seluruhnya dalam satu sistem BSI. Selain itu, dengan single system ini, artinya sekarang BSI memiliki satu core banking system, satu enterprise data, satu sandi kode bank di 451, dan satu pelaporan keuangan, semua dengan nama Bank Syariah Indonesia.
“Dengan adanya single system ini, kami yakin BSI akan semakin besar baik dari sisi aset, laba, pembiayaan, dan pengguna mobile banking,” kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi, Rabu [3/11].
Ada tiga hal penting yang selama ini menjadi nilai yang dipegang oleh BSI yakni tansformasi, menemukan perubahan bisnis model yang optimal dan value creation, baik dari aspek bisnis maupun operation dan juga perubahan bisnis model.
Dengan berpegang pada ketiga nilai tersebut, BSI mampu menorehkan kinerja yang terus meningkat pada triwulan III 2021 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp2,26 triliun, naik 37,01 % secara year on year (YoY).
Perolehan laba bersih yang gemilang ditopang pula kinerja berbagai sektor. Diantaranya perolehan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp219,19 triliun.
Terkait DPK, Hery menegaskan pihaknya terus meningkatkan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan wadiah. Per September 2021, tabungan wadiah BSI tumbuh signifikan sebesar 16,22% yoy atau mencapai Rp 30,35 triliun. Adapun secara total tabungan, BSI membukukan pertumbuhan 11,57% yoy dengan angka mencapai Rp 91,43 triliun pada kurun waktu yang sama.
Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya cost of fund BSI yang kini sekitar 2,10%. Persentase tersebut turun signifikan dibandingkan dengan Desember 2020 yang sebesar 2,67%. Selain DPK, kinerja pembiayaan pun tak kalah moncer. Pembiayaan BSI mampu tumbuh sekitar 7,38% yoy yang mencapai Rp 163,32 triliun. BSI pun mampu menjaga kualitas pembiayaan (NPF) nett sebesar 1,02%.
Hery menjelaskan bahwa pertumbuhan pembiayaan disokong oleh pembiayaan konsumer yang mencapai Rp 77,89 triliun. Jumlah itu naik sekitar 21,43% yoy dari sebesar Rp 64,14 triliun. Disusul gadai emas yang tumbuh 15,58% yoy dengan penyaluran mencapai Rp 4,42 triliun dari sebelumnya Rp 3,82 triliun.
Realisasi pembiayaan komersial BSI sepanjang Januari-September 2021 mencapai Rp 10,58 triliun, tumbuh sekitar 7,29% yoy dari sebelumnya sebesar Rp 9,86 triliun. Adapun untuk sektor mikro berhasil tumbuh sekitar 4,74%.
BSI juga terus mendorong pertumbuhan pembiayaan kepada UMKM sehingga komposisinya hingga September 2021 mencapai 22,93%, atau meningkat dari posisi Desember 2020 yang sekitar 22,40%. Dengan sinergi yang baik dari berbagai segmen tersebut BSI mampu meningkatkan aset menjadi Rp 251,05 triliun atau naik sekitar 10,15% yoy dari Rp 227,92 triliun.
Akselerasi digital menjadi salah satu fokus BSI dalam menggenjot bisnis. Hal ini tercermin dari transaksi kumulatif BSI mobile yang mencapai 74,24 juta transaksi atau tumbuh 133% yoy. Hal lain juga ditunjukkan dengan kenaikan transaksi melalui e-channel pada September 2021 yang mencapai 162,40 juta transaksi atau 95% transaksi di BSI sudah menggunakan e-Channel. (Febri)