


KAYUAGUNG-OKI, BERITAANDA – Adanya penemuan jasad seorang wanita tanpa identitas di depan Masjid At-Taqwa Tugumulyo, sontak membuat warga setempat dan sekitar desa tersebut heboh.
Informasi dihimpun, rupanya sesosok wanita yang ditemukan tergeletak dan sudah tidak bernyawa tersebut adalah salah satu anggota dari kelompok anak punk yang kerap berkeliaran di sekitar Tugumulyo.
Kapolres OKI AKBP Dili Yanto melalui Kapolsek Lempuing IPTU Dwi Heriyanto membenarkan adanya penemuan jasad wanita di depan Masjit At Taqwa Tugumulyo, dan bukan merupakan korban pembunuhan.
“Iya, pertama kali ditemukan oleh warga. Dari hasil pemeriksaan bagian luar korban tidak ditemukan luka-luka. Maka penyebab kematiannya karena sakit,” ucap Dwi saat dimintai keterangan, Jumat (13/8) malam.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Tugumulyo, Sugianto, menceritakan awalnya ia mendapat kabar bahwa ada seorang wanita tanpa identitas meninggal pada Kamis (12/8) kemarin malam sekitar pukul 20.00 WIB.
“Saya langsung ke TKP bersama Kapolsek Lempuing dan beberapa anggota polisi lainnya. Saat meninggal, korban mengenakan celana jeans panjang dan baju singlet warna hitam serta tidak ditemukan kartu identitas pada korban,” terangnya.
Sugianto menuturkan, saat melihat kondisi korban banyak yang berspekulasi bahwa yang bersangkutan merupakan anak punk yang biasa nongkrong di lokasi kejadian.
“Sebelum meninggal, korban masih terlihat mondar-mandir di TKP. Selama ini memang banyak anak punk berkeliaran di Tugumulyo dari berbagai wilayah,” ungkapnya.
Kemudian, Sugianto bersama pihak kepolisian memutuskan untuk membawa korban ke Rumah Sakit Tugujaya. Namun sebelum itu, pihaknya berkoordinasi untuk memanggil anak punk lainnya.
“Saat kami panggil anak-anak punk, ada yang mengenali korban. Katanya korban bernama Anggun (17) asal BK 10 kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,” bebernya.
Setelah berhasil menghubungi pihak keluarga, akhirnya pada pukul 00.00 WIB, korban dijemput keluarga untuk dimakamkan di daerah asal mereka.”Keluarganya langsung jemput, dan membawa pulang jenazah korban untuk dimakamkan,” katanya.
Dikatakan oleh Sugianto lagi, mengenai anak punk di wilayahnya sudah lebih dari setahun mereka berada di Tugumulyo, dan kerap tidur di sembarang tempat seperti di depan ruko atau di depan masjid.
“Macam-macam asal mereka, ada yang berasal dari Baturaja, Palembang, Belitang dan sekitarnya. Keberadaan mereka membuat masyarakat tidak nyaman, kadang ada warga yang curhat ke saya,” ujarnya.
Sugianto pun meminta kepada dinas terkait untuk membantu memberikan pembinaan terhadap komunitas anak punk yang ada di sekitar Tugumulyo. “Kalau kami, tidak bisa melakukan pembinaan untuk mereka, mengingat jumlah penduduk kami saja sudah padat,” tandasnya. [Iwan]