TAPANULI SELATAN, BERITAANDA – Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel) H. Gus Irawan Pasaribu memiliki pendekatan berbeda dalam menjawab tantangan ekonomi di daerahnya.
Di tengah pemotongan besar anggaran transfer dari pemerintah pusat, ia justru berencana mempercepat pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai penggerak ekonomi lokal.
Hal itu disampaikan Gus Irawan dalam diskusi santai bersama sejumlah awak media di QS Futsal Medan, usai menghadiri pertemuan para kepala daerah se-Sumatera Utara, Sabtu (18/10/2025).
Dalam perbincangan tersebut, ia mengungkapkan bahwa transfer keuangan dari pusat ke Tapsel tahun ini berkurang hingga Rp113,5 miliar, dan akan bertambah lagi sebesar Rp255 miliar pada 2026.
“Jadi dalam dua tahun, total pemotongan mencapai Rp368,5 miliar. Ini berat sekali, apalagi belanja pegawai naik Rp200 miliar karena gaji P3K,” ujarnya.
Namun, di tengah tekanan fiskal itu, Gus Irawan melihat peluang baru dari program MBG. Ia menilai, perputaran uang dari pelaksanaan MBG bisa menjadi stimulus ekonomi lokal jika dikelola dengan baik dan berbasis potensi masyarakat.
“Dengan akselerasi MBG untuk 91 ribu penerima manfaat, uang yang beredar di dapur dan SPPG bisa mencapai Rp1,4 miliar per hari, atau sekitar Rp400 miliar per tahun,” jelasnya optimistis.
Menurutnya, seluruh kebutuhan dapur MBG akan dipenuhi oleh warga lokal, mulai dari sayur, ayam, ikan, telur, hingga buah-buahan.
Untuk itu, Pemkab Tapsel telah membentuk Satgas MBG guna memastikan program berjalan sesuai standar dan melibatkan sebanyak mungkin pelaku usaha kecil di daerah.
“Kita sudah petakan potensi setiap desa, mana yang cocok jadi sentra ayam, ikan, pisang, atau bahan pangan lain. Dengan begitu, MBG bukan hanya soal gizi, tapi juga pemerataan ekonomi,” katanya.
Gus Irawan menjelaskan, program MBG akan terintegrasi dengan alokasi 20 persen dana desa untuk ketahanan pangan, sehingga setiap desa dapat memilih komoditas unggulan yang menopang dapur MBG di wilayahnya.
Dalam perhitungan sederhana, setiap kali menu berganti, maka seluruh rantai pasok lokal akan ikut bergerak.
“Kalau menunya ikan, berarti butuh 91 ribu ekor ikan. Kalau ayam, 91 ribu potong ayam. Kalau pisang, 91 ribu buah. Bayangkan perputaran ekonomi yang terjadi,” ujarnya.
Meski demikian, ia menegaskan pentingnya menjaga standar keamanan pangan. Menyikapi beberapa kasus keracunan di sejumlah daerah, Gus Irawan menegaskan telah memerintahkan Satgas untuk mengevaluasi seluruh proses produksi MBG.
“Masalahnya biasanya di waktu masak dan distribusi. Dalam aturan, masak harus jam 2–3 pagi, dan makanan tiba maksimal 30 menit sebelum dibagikan. Kita awasi agar sesuai SOP,” tegasnya.
Dinas Kesehatan juga diberi mandat menguji kandungan gizi dan keamanan setiap menu, serta memastikan seluruh operator MBG memiliki sertifikasi khusus.
Selain itu, Pemkab Tapsel juga akan memastikan daerah 3T (terpencil, terluar, tertinggal) tetap terlayani.
“Untuk 42 wilayah 3T, walau penerimanya di bawah 100 orang, kita buat dapur MBG sendiri. Prinsipnya, tak boleh ada penerima yang menunggu lebih dari 30 menit,” ujarnya.
Gus Irawan menegaskan, program MBG bukan semata urusan gizi anak sekolah, tetapi strategi besar untuk pemerataan ekonomi daerah.
“Saya ingin ekosistem MBG ini berputar dengan sendirinya, melibatkan petani, peternak, koperasi, dan UMKM lokal. Kalau ekonomi tumbuh dari bawah, maka keadilan bisa kita rasakan bersama,” pungkasnya.
Dengan pendekatan tersebut, Tapanuli Selatan berharap dapat bangkit dari tekanan fiskal sekaligus melahirkan model pembangunan baru yang menyeimbangkan gizi rakyat dan pertumbuhan ekonomi lokal. [Anwar]






























