NASIONAL, BERITAANDA – Merespons rilis hasil survei Saiful Mujani Research Center (SMRC) di Jakarta, Ahad (10/3/2019), yang antara lain menyebutkan paslon 01 Jokowi-Ma’ruf Amin tetap unggul dibanding paslon 02 Prabowo-Sandi. Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN-KIK) Jokowi-Ma’ruf Amin tak ingin berpuas diri.
Selisih angka sebesar 22,8 persen bagi TKN Jokowi-Ma’ruf tak serta-merta menginterupsi seluruh kekuatan untuk merengkuh target optimis 70 persen angka kemenangan.
Juru bicara TKN Jokowi-Ma’ruf, Ace Hasan Syadzily, dalam keterangan tertulis Ahad malam mengatakan, dengan selisih sangat jauh, pihaknya sekarang memperoleh angka 54,9 persen, sementara Prabowo-Sandi 32,1 persen dan yang belum menentukan pilihan sebesar 13 persen.
“Sisa waktu 38 hari lagi, di atas kertas kami Insya Allah akan menang. Hasil ini tentu makin memperkuat hasil lembaga-lembaga survei sebelumnya yang menempatkan kami unggul dengan selisih di atas 20 persen,” kata dia.
Dengan hasil ini, sebut Ace, tentu tak membuat pihaknya berpuas diri. “Masih ada waktu yang tersisa untuk terus menggenjot target kemenangan di angka 70 persen. Kami harus terus mengkampanyekan program-program yang lebih menyentuh rakyat, terutama Pragram Kartu Sembako Murah, Kartu KIP Pintar, Kartu Pra-Kerja serta program yang lebih menitikberatkan pada Sumber Daya Manusia (SDM),” cetusnya.
Selain itu, tambah Ace, TKN Jokowi-Ma’ruf juga akan harus terus bekerja keras agar kami dapat menangkal berbagai kampanye hitam, hoax dan kampanye kebohongan yang ditujukan kepada pasangan kami.
“Isu identitas masih kuat ditujukan kepada pasangan kami. Kasus ibu-ibu di Karawang, Sulsel dan gambar kondom, salah satu bentuk kampanye hitam yang terus ditujukan kepada kami. Jika tidak kami lawan kampanye itu, akan menggerus suara kami,” dalihnya.
Secara spesifik, Ace juga menyoroti temuan hasil survei SMRC yang menurutnya sangat penting sebetulnya tentang adanya masih adanya masyarakat yang tidak percaya terhadap penyelenggara pemilu, KPU dan Bawaslu.
“Ada 13 persen responden yang tidak percaya bahwa pemilu ini akan berjalan dengan baik karena penyelenggara pemilu ini tidak netral. Sebagian besar dari pihak yang tidak percaya terhadap netralitas penyelenggara pemilu itu adalah pendukung Prabowo-Sandi,” klaim Ace.
Politisi Partai Golkar kelahiran Pandeglang, 19 September 1976 ini menandaskan argumennya, bahwa itu artinya kampanye kubu sebelah yang melakukan upaya delegitimasi pemilu telah menampakkan hasilnya.
“Isu 7 kontainer kertas suara sudah tercoblos, kotak suara berbahan kardus dan terakhir demonstrasi yang dipimpin Amien Rais soal IT KPU membuat persepsi itu sudah mulai dipercayai masyarakat,” sesalnya.
Anggota DPR dapil Banten I itu menggarisbawahi pula, bahwa hal ini mengingatkan model propaganda kampanye Trump di Amerika yang juga melakukan delegitimasi terhadap penyelenggaraan pemilu.
“Mereka membentuk opini bahwa terjadi berbagai kecurangan dalam persiapan hingga pencoblosan pemilu untuk mendelegitimasi Hillary dan Partai Demokrat sebagai partai petahana,” ungkapnya, seraya menekankan, bahwa upaya mendelegitimasi pemilu dan penyelenggara pemilu tidak boleh terjadi.
Penyelenggara pemilu juga dipilih melalui mekanisme politik di DPR dimana semua parpol juga terlibat memilih, termasuk parpol pendukung 02.
“Ketidakpercayaan terhadap penyelenggara pemilu sama saja dengan tidak mempercayai mekanisme demokrasi. Apapun nanti hasilnya harus kita hormati dan dijunjung tinggi,” pintanya.
Ace menyerukan pula, tahapan pemilu masih terus berjalan. Semua mata mengawasi kinerja penyelenggara pemilu.
“Kita harus menjaga kualitas demokrasi kita dengan bersama-sama mempercayakan penyelenggaraan pemilu kepada KPU dan Bawaslu.”
“Jangan dulu melemparkan tudingan ketidaknetralan penyelenggara pemilu, padahal perlombaan intinya belum dilaksanakan. Ini artinya sama saja dengan mencari alibi jikalau nanti kalah. Kita sama-sama memiliki kesempatan untuk menjaga demokrasi kita dengan menjaga pemilu lebih fair, jujur dan adil,” pungkasnya mengingatkan. [red/Muzzamil]