MAGELANG-JATENG, BERITAANDA – Isu pemerintah impor beras sebanyak 1 juta ton sudah terdengar di berbagai daerah, salah satunya di Magelang. Presiden BEM Polbangtan Yoma,Yanuar Nugroho mengatakan, tidak setuju dengan keputusan pemerintah mengimpor beras.
”Saya tidak setuju impor beras, karena menyia-nyiakan petani muda. Apalagi dari Kementerian Pertanian ada progam food estate yang digadang-gadang menjadi lumbung padi,” ujar Yanuar kepada BERITAANDA, Senin (29/3).
Yanuar mengatakan, ujung tombak negara berdiri salah satunya karena adanya petani. Kalu diprinsipkan saat ini ‘yang makan tambah banyak, yang nanam makin dikit’. Seharusnya kita memfasilitasi petani muda supaya mereka mempertahankan nilai pangan di Indonesia agar kita tidak selalu impor.
Yanuar juga menuturkan, dengan adanya isu ini juga tidak lantas mahasiswa melakukan unjuk rasa, tetapi tetap memahami kondisi pemerintah maupun petani.
“Kalau unjuk rasa saya pikir kurang cocok, kita sebagai mahasiswa harus tetap mendukung petani agar memaksimalkan hasil pertaniannya,” tambah dia.
Menurutnya, solusi mahasiswa dalam menanggapi isu impor beras adalah memberikan inovasi untuk petani agar bisa memasarkan produk, bisa mengolah hasil pertanian dan menambah nilai jual hasil pertanianya.
Isu tentang adanya impor beras sebanyak 1 juta ton juga sudah terdengar di kalangan petani di magelang.
Miftahul Fuat selaku Ketua Gabungan Kelompok Tani Sekar Langit di Kecamatan Grabag mengatakan, tidak mempermasalahan beras impor yang datang, apabila beras yang diimpor disalurkan di saat yang tepat.
“Seperti untuk stok akhir tahun 2021 mulai bulan Oktober sampai Desember, karena sedang masa tanam dan belum ada panen, impor beras menjadi tidak masalah,” katanya.
Fuat menjelaskan, beras impor menjadi masalah apabila datang dan langsung masuk ke pasar lokal. Dirinya juga mengaku masih belum merasakan dampak karena beras impor juga masih belum ada.
“Kalau masih tahap isu, saya rasa juga belum ada dampaknya, karena saat ini sedang masuk masa tanam 2, dimana ketersediaan pengairan masih cukup dan panenan padi di beberapa kabupaten masih ada,” jelasnya.
Fuat mengatakan bahwa isu beras impor memang selalu terjadi dan menyikapi dengan menyerahkan sepenuhnya ke pemerintah.
“Langkah kami tetap akan seperti biasanya tanam padi, karena sudah menjadi kebutuhan hidup bagi petani,” imbuhnya.
Fuat mengimbau kepada para petani agar tetap optimis menjalani kehidupan sebagai petani, serta upaya terus guna menaikan produktifitas pertanian. [Faisal]






























