MAGELANG-JATENG, BERITAANDA – Stok pupuk subsidi dari tahun ke tahun semakin berkurang. Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang, Muntofiah Sri Handayani membenarkan hal tersebut.
“Pupuk subsidi itu tiap tahun berkurang, misal dari 100 petani, tahun lalu subsidi 80 persen, tahun ini berkurang lagi,” kata Muntofiah pada BERITAANDA, Senin (3/5).
Ia mengatakan pengurangan pupuk subsidi tersebut berkaitan dengan tujuan pemerintah untuk membatasi pemakaian pupuk kimia agar petani menggunakan pupuk organik. “Karena kita memang mengurangi pupuk kimia, kita konsen untuk kembali ke pupuk organik,” ujarnya.
Dirinya juga mengungkapkan kaitannya dengan kartu tani, bahwa kartu tersebut digunakan pemerintah untuk dapat menertibkan penyaluran pupuk subsidi agar tidak salah sasaran.
“Kartu tani itu sebetulnya digunakan untuk menertibkan arus penyaluran pupuk subsidi agar tidak salah sasaran. Kadang ada pupuk subsidi bisa dijual di luar daerahnya, dengan kartu tani jadi tidak bisa karena kita sudah punya jatah kuota dan yang mengambil harus yang bersangkutan memakai kartu tani,” imbuhnya,
Meski demikian, masih ditemukan kendala terkait program kartu tani, seperti pendistribusian kartu yang masih belum menyeluruh dan penggunaan kartu tani yang masih belum optimal. “Sejak 2016, sosialisai itu sebagian besar sudah jadi, tetapi kendalanya ada yang masih di BRI, dan ada yang sudah di petani tapi tidak pernah digunakan,” jelasnya
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sri Makmur Kecamatan Grabag, Abrori mengatakan, pada tahun ini penyaluran pupuk subsidi dirasa tidak ada kendala dibandingkan dengan tahun lalu. “Alhamdulillah tahun ini lancar, beda dengan tahun lalu banyak petani mengeluh karena ketika waktu pemupukan tidak ada barangnya,” kata Abrori.
Kaitanya dengan pengurangan pupuk subsidi oleh pemerintah, ia mengatakan selama ini bagi petani yang kekurangan pupuk dapat mengambil jatah pupuk dari petani yang mendapat kelebihan pupuk agar kebutuhan pupuk dapat merata.
“Kadang-kadang ada yang luas lahan kecil mendapat jatah banyak, kemudian kelebihannya itu bisa diberikan kepada yang lebih membutuhkan pupuk tersebut agar dapat merata,” katanya.
Ia mengatakan, petani masih lebih memilih penggunaan pupuk kimia dibanding pupuk organik, karena dibutuhkan kesabaran yang lebih, juga diperlukan waktu lebih lama agar hasilnya maksimal.
“Cenderung pakai kimia, karena kalo pake organik harus sabar. Panen pertama atau kedua hasilnya belum bisa maksimal,” jelas dia.
Meskipun begitu, dirinya mendukung pengurangan subsidi pupuk kimia agar petani kembali menggunakan pupuk organik, karena dirinya berpendapat jika penggunaan pupuk kimia mahal, sebab tidak disubsidi. Maka, mau tidak mau petani akan menggunakan pupuk organik.
“Kalau harus kembali ke organik, itu kalau memang dikurangi jatah pupuk kimia, saya kira nanti petani menyadari. Sebab, mau pakai apa nanti kalo pupuk kimia ga ada,” kata Abrori. [Faisal]






























