KERINCI-JAMBI, BERITAANDA – Adanya penggiringan opini oleh orang tidak bertanggung jawab untuk merusak reputasi Ikatan Wartawan Online (IWO) Kerinci dan Kota Sungai Penuh, membuat ketua, pengurus dan anggota tidak bisa berdiam diri.
Doni Efendi selaku Dpt. Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh mengatakan, dirinya terus berupaya membesarkan organisasi ini agar memiliki marwah.
“Kita sudah sabar, sudah 3 tahun belakangan ini. Namun oknum yang diduga selalu ingin merusak reputasi IWO terus menebar isu dan hal-hal tidak baik bagi organisasi IWO,” katanya.
Dia juga menjelaskan bahwa IWO yang kini bermarkas di Rumah Empat Jenis menjadi sekretariat, dulu lokasinya itu terbengkalai tidak terperhatikan, itu juga diketahui masyarakat Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Status gedung Empat Jenis menjadi sekretariat adalah pinjam pakai dan direhab oleh IWO.
”Status gedung menjadi sekretariat adalah pinjam pakai, bangunan yang hampir tidak berbentuk itu direhab dan bersihkan oleh IWO. Mulai dari pembersihan menggunakan 4 mobil pemadam, penggantian seluruh kaca, pengecatan, penimbunan halaman pakai 7 dum truk koral, semua biaya dari organisasi,” sebut Doni Efendi.
Namun sampai sekarang permasalahan gedung Empat Jenis tidak kunjung usai dari orang-orang yang dinilai menebar isu tidak sedap diluaran.
“Sebagian orang sudah mengetahui, namun disini saya jelaskan lagi agar jangan ada yang melakukan penggiringan opini membuat masalah semakin rancu,” tegas dia.
“Sebenarnya saya sudah mencoba untuk tidak menanggapi komentar dari orang yang mempunyai pikiran yang dangkal, sakit hati dan kurang penggalian kebenaran informasi atau sepihak, karena ini sudah menjadi berita publik di medos, untuk nama baik dan reputasi organisasi IWO, maka saya sampaikan dan jelaskan,” tambah dia.
“Lantai dua gedung ini digunakan oleh anak-anak beladiri silat dan gulat. Mengenai sewa menyewa kantin, bangunan kantin dibikin sendiri, bukan bangunan pemerintah.”
“Sewa menyewa kantin kami hanya melanjutkan, pertama kali yang sewa adalah Aprizalmen dan Soni Irawan, adalah anggota IWO non aktif dan tidak mau hengkang dari sekretariat, walau sudah 3 tahun non aktif. Harusnya mereka punya malu, anggota bukan, masih bercokol di sekretariat. Mirisnya lagi malah membuat kantor media di sekretariat IWO,” katanya lagi.
Ia juga mengakui pernah ditegur pihak Kodim dikarekan bangunan awal kantin yang dibuat Aprizalmen dan Soni Irawan di halaman sekretariat IWO itu kebetulan berhadapan langsung dengan Markas Kodim. Itu lebih parah dari kandang kambing.
“Awal mereka bangun kantin juga tanpa seizin saya, kita cuman malas ribut saya, berapa kali mereka sewakan kita juga tidak tahu, dikemanakan uang sewanya kita juga tidak tahu,” ungkap dia.
Setelah masa tenggang kontrak habis, status kantin diambil alih paksa organisasi, dan direhab lebih baik seperti saat ini.
“Habis masa kontrak kita ambil alih paksa, dan kita rehab agar lebih indah dipandang mata, dan tidak merusak pandang dari arah Kodim,” sebut dia.
Ketua IWO juga berharap agar Soni Irawan legowo dan memberikan pertangung jawabannya selama ia menjadi Plt. Ketua, baik segi laporan keuangan dan barang inventaris organisasi, serta angkat kaki dari sekretariat.
“Dikarenakan Sekretariat IWO itu adalah organisasi wartawan bukan organisasi media, apalagi Soni Irawan sudah bukan anggota IWO,” pungkas dia. (Tomi)































