Ketegangan di Universitas Malahayati, Warga Lampung Tolak Kehadiran Kelompok dari Ambon

414

BANDAR LAMPUNG, BERITAANDA – Suasana di Kota Bandar Lampung memanas setelah kedatangan empat bus yang membawa sekitar 200 orang dari Ambon ke Universitas Malahayati pada Ahad (2/3/2025).

Kedatangan mereka menimbulkan reaksi keras dari warga setempat, yang menilai hal ini sebagai bentuk intervensi yang dapat mengganggu ketertiban dan keharmonisan masyarakat Lampung.

Seorang aktivis dan tokoh muda Lampung, Edi Samsuri S.Fil SH, mengungkapkan keresahannya. “Cukup Ambon sampai Jakarta, tidak perlu ke Lampung,” ujarnya.

Seruan ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat terhadap potensi konflik yang bisa timbul akibat kedatangan massa dalam jumlah besar tersebut.

Menurut informasi yang beredar, ratusan orang ini disebut-sebut merupakan orang suruhan dari Rusli Bintang, pemilik Universitas dan Rumah Sakit Malahayati yang sedang berkonflik dengan istri pertama dan anak-anaknya. Mereka diduga datang dengan tujuan tertentu yang berkaitan dengan penguasaan kampus Universitas Malahayati.

Situasi ini semakin memperkeruh suasana dan memicu kemarahan warga, terutama masyarakat asli Lampung yang merasa adat dan nilai-nilai budaya mereka dilecehkan.

“Ini bukan sekadar masalah kampus, ini adalah bentuk penjajahan terhadap tanah Lampung oleh pihak luar. Lampung ini ada pemiliknya, yakni Suku Lampung Jurai Sai Batin dan Pepadun,” tegas Edi yang juga berprofesi sebagai advokat.

Merespons situasi ini, Organisasi Masyarakat Laskar Lampung Indonesia (LLI) bergerak cepat dengan mengirimkan Sekjen DPP LLI Panji Padang Ratu SH dan Ketua Kota Bandar Lampung Destra Yudha SH M.Si untuk memantau perkembangan di Universitas Malahayati.

Ketua Umum Laskar Lampung Ir. H. Nerozely Koenang menegaskan, bahwa tidak boleh ada pihak luar yang membawa praktik premanisme ke tanah Lampung.

“Apapun konfliknya, tidak boleh ada orang luar, terutama kelompok preman masuk dan mengancam ketenteraman di Lampung,” ujar Panglima Nero Koenang, sapaan akrabnya.

Masyarakat Lampung berharap agar Kapolda Lampung segera mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan masalah ini sebelum berkembang menjadi konflik yang lebih besar.

“Kami tidak ingin Lampung menjadi medan perang akibat ulah pihak luar. Kami mendesak aparat untuk bertindak sebelum situasi semakin tidak terkendali,” tambah Panglima Nero.

Sementara itu, Organisasi Pendekar Banten yang dipimpin oleh Hengki Malonda disebut telah bersiap siaga untuk bergabung dengan Laskar Lampung Indonesia, menunggu instruksi lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa situasi berpotensi berkembang lebih jauh jika tidak segera ditangani oleh pihak berwenang. (Katharina)

Bagaimana Menurut Anda