Dorong Inklusi Keuangan Syariah dan Pasar Modal, OJK Gelar Edukasi Bersama Masyarakat Lampung Tengah

35

LAMPUNG TENGAH, BERITAANDA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Lampung terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas literasi dan inklusi keuangan masyarakat, khususnya di bidang keuangan syariah dan pasar modal.

Bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Bank Indonesia, OJK menggelar kegiatan product matching dan edukasi produk keuangan syariah dan pasar modal di Kabupaten Lampung Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 500 peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK, Dharma Wanita, pelaku UMKM, dan masyarakat umum.

Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim, Bupati Lampung Tengah Ardito Wijaya, Ketua TP PKK Lampung Tengah, serta perwakilan dari Bank Indonesia, BSI Area Lampung, BEI Perwakilan Lampung, Badan Pusat Statistik, dan sejumlah perusahaan sekuritas.

Melalui kolaborasi lintas lembaga, kegiatan ini menjadi wadah sinergi antar pemangku kepentingan dalam memperluas akses terhadap layanan keuangan, terutama keuangan syariah dan pasar modal, di kalangan masyarakat Lampung Tengah.

Kepala OJK Provinsi Lampung Otto Fitriandy dalam sambutannya menyampaikan, bahwa potensi pengembangan industri keuangan syariah di Lampung sangat besar. Hal ini didukung oleh fakta bahwa lebih dari 90 persen penduduk Lampung beragama Islam, dan Lampung merupakan provinsi dengan jumlah pondok pesantren terbanyak kedua di Sumatera.

Namun demikian, tingkat inklusi keuangan syariah masih rendah, yakni dibawah 10 persen. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, tingkat literasi keuangan syariah tercatat sebesar 43,42 persen, namun tingkat inklusinya baru mencapai 13,41 persen.

Sementara itu, aset perbankan syariah di Provinsi Lampung tumbuh 16,01 persen menjadi Rp7,93 triliun, dan pembiayaan meningkat 15,58 persen menjadi Rp6,21 triliun pada tahun 2025. Di sisi lain, literasi pasar modal masih berada di angka 17,78 persen, dengan tingkat inklusi hanya 1,34 persen.

“Literasi keuangan bukan hanya soal menabung. Yang lebih penting adalah bagaimana keluarga, terutama ibu-ibu, dapat merencanakan keuangan jangka panjang, memilih produk keuangan yang sesuai, dan mengambil keputusan finansial yang bijak untuk kesejahteraan keluarga. Ini juga berkaitan erat dengan pencegahan stunting dan peningkatan kualitas hidup anak-anak,” ujar Otto.

Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan talkshow yang menghadirkan narasumber dari OJK, BSI, BEI, dan Bank Indonesia. Mereka membahas berbagai topik, mulai dari kewaspadaan terhadap investasi ilegal, pengenalan produk pasar modal, hingga pemanfaatan QRIS untuk mendukung pelaku UMKM.

Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlela menambahkan, peran perempuan dalam rumah tangga sangat strategis.

“Ibu adalah menteri keuangan di rumah tangga. Karena itu, literasi dan inklusi keuangan sangat penting sebagai bekal dalam mengelola keuangan rumah tangga, usaha mikro, hingga investasi,” ujar Jihan.

Sebagai bagian dari acara, juga dilaksanakan pelantikan Duta GenRe Lampung Tengah dan pengukuhan Duta Literasi Keuangan Kecamatan. Langkah ini merupakan bagian dari upaya OJK dalam membangun ekosistem edukasi keuangan yang berkelanjutan hingga ke tingkat akar rumput. (Katharina)

Bagaimana Menurut Anda