Tiga Anggota Polri Gugur di Tangan Oknum TNI, Sidang Militer Dipenuhi Isak Tangis

182

PALEMBANG, BERITAANDA – Cerita duka keluarga tiga anggota Polri yang gugur ditembak Kopda Bazarsah dalam penggerebekan judi sabung ayam masih menyisakan luka mendalam. Isak tangis keluarga pecah di ruang sidang Pengadilan Militer I-04 Palembang, Senin (23/6/2025), saat proses persidangan berlangsung.

Momen mengharukan terjadi ketika Oditur Militer I-05 Palembang memperlihatkan satu per satu barang milik para korban. Barang-barang itu, mulai dari pakaian dinas, celana, sandal, sepatu, tasbih, hingga seragam Kapolsek, dibungkus dalam plastik transparan. Semua adalah barang yang dikenakan para korban saat mereka meregang nyawa akibat peluru panas dari senjata laras panjang SS1 yang telah dimodifikasi.

Ketiga korban yang gugur dalam insiden keji ini adalah AKP Anumerta Lusiyanto, Aipda Anumerta Petrus Apriyanto, dan Bripda Anumerta Ghalib. Mereka tewas saat melaksanakan tugas mulia dalam penggerebekan arena judi sabung ayam di Way Kanan, Lampung, arena yang ternyata dikelola oleh dua oknum TNI, Kopda Bazarsah dan Peltu Yun Heri Lubis.

Suasana ruang sidang makin haru saat Majelis Hakim Kolonel CHK Fredy Ferdian Isnartanto menanyakan apakah barang-barang tersebut ingin dikembalikan kepada pihak keluarga. Terdengar suara lirih penuh luka, disertai tangisan tertahan dari salah satu anggota keluarga,
‘iya, yang mulia dikembalikan’.

Kesaksian mengguncang juga datang dari Aipda Wara Ardany Rambe, Kanit Reskrim Polsek Negara Batin, yang turut serta dalam penggerebekan dan nyaris menjadi korban.

“Kami berlima berangkat satu mobil. Kapolsek duduk di belakang bersama dua anggota lainnya. Saya di depan, dan Bripka Petrus yang mengemudi,” ujar Wara dengan suara bergetar dihadapan majelis hakim.

Setibanya di lokasi, AKP Lusiyanto turun lebih dahulu untuk menghadang mobil yang hendak kabur dari arena judi. Namun, tiba-tiba terdengar rentetan tembakan dari berbagai arah. Peluru-peluru itu ternyata berasal dari senjata api SS1 yang telah dimodifikasi milik Kopda Bazarsah.

“Saya melihat dengan mata kepala sendiri, Kopda Bazarsah mengenakan baju hitam, mengarahkan senjatanya ke Petrus dan menembaknya. Bola matanya pecah. Saya panik, langsung lompat ke kebun singkong untuk menyelamatkan diri,” ujar Wara, nyaris tak sanggup melanjutkan kesaksiannya.

Ketika suara tembakan mereda, Wara kembali ke lokasi dan mendapati tiga rekannya, yakni Kapolsek, Bripka Petrus, dan Bripda Ghalib telah gugur. Tubuh mereka tergeletak bersimbah darah, menjadi korban kebrutalan dalam upaya menegakkan hukum di tengah praktik judi yang diduga dilindungi oleh oknum bersenjata.

Tindakan brutal Kopda Bazarsah bukan hanya mencederai aparat negara secara fisik, tetapi juga merobek kepercayaan publik terhadap institusi. Fakta bahwa pelaku merupakan anggota aktif TNI yang menjalankan bisnis ilegal dengan senjata api, memperparah luka yang dirasakan para keluarga korban.

Barang bukti berupa senjata mematikan yang digunakan Kopda Bazarsah juga dihadirkan dalam persidangan. Senapan SS1 yang dimodifikasi dengan komponen FNC itu diakui oleh pelaku dan saksi sebagai senjata yang digunakan untuk menembak para korban. (Iwan)

Bagaimana Menurut Anda