

PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR, BERITAANDA – Layanan kesehatan yang seharusnya menjadi garda terdepan penyelamat nyawa, justru kembali menjadi sumber kekecewaan. RSUD H. Anwar Mahakil kembali menuai kritik tajam setelah seorang pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dalam kondisi kesakitan mengaku diabaikan dan mendapat perlakuan tidak etis dari tenaga medis.
Adel, pasien sekaligus anggota Ikatan Wartawan Online (IWO) Kabupaten PALI, mengungkapkan bahwa dirinya mendatangi IGD pada Senin (23/6/2025) pukul 20.00 WIB dalam kondisi nyeri hebat. Namun, bukannya segera mendapat penanganan medis, ia justru harus menunggu hampir satu jam tanpa tindakan berarti.
Pemeriksaan yang dilakukan pun disebut sangat minim, tanpa alat bantu seperti USG dan tanpa empati. Bahkan, dokter jaga yang diketahui bernama dr. Fadli, justru memberikan komentar yang dianggap menghina dan tidak pantas. Dengan nada mengejek, dr. Fadli menyatakan, kalau sakit nian, pasti pingsan.
Ucapan tersebut dinilai menyakiti perasaan pasien dan mencerminkan rendahnya empati serta profesionalisme seorang tenaga medis. Bukankah seharusnya dokter menanggapi keluhan pasien dengan serius dan penuh tanggung jawab?.
Ketua IWO PALI, Mang Dede, yang turut mendampingi Adel, menyesalkan peristiwa ini. Ia menilai perlakuan tersebut bukan sekadar bentuk kelalaian, melainkan telah melewati batas etika profesi kedokteran.
“Ini bukan cuma soal prosedur medis, tapi sudah menyentuh aspek moral dan kemanusiaan. Seorang pasien dalam kondisi kesakitan malah diejek. Kalau tidak ada tekanan dari saya, mungkin hingga kini tidak ada tindakan medis,” tegas Mang Dede, Selasa (24/6/2025).
Setelah mendapat desakan dari pihak IWO PALI, barulah pihak rumah sakit mengambil langkah lanjutan dengan merujuk pasien ke dokter spesialis. Namun, pelayanan kembali berjalan lamban. Hingga keesokan pagi, pasien belum juga mendapatkan ruang rawat inap dengan alasan ruangan penuh.
Dia mendesak Dinas Kesehatan Kabupaten PALI serta pihak berwenang untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelayanan dan etika tenaga medis di RSUD H. Anwar Mahakil.
“Pelayanan kesehatan tidak boleh dijalankan dengan arogansi, apalagi mencemooh penderitaan pasien. Pelayanan yang lamban dapat membahayakan nyawa. Tapi pelayanan yang merendahkan martabat manusia jauh lebih mematikan,” pungkas dia. (AMD)