PT Titan Bakal IPO Tahun Depan

18

JAKARTA, BERITAANDA – PT Titan Infra Sejahtera (TIS) mengumumkan rencana untuk melantai di bursa melalui penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2025 mendatang. TIS adalah perusahaan penyedia jasa infrastruktur yang berbasis di Provinsi Sumatera Selatan.

TIS memiliki dua anak usaha utama, yakni PT Servo Lintas Raya (SLR) yang mengelola jalan hauling sepanjang 118 kilometer, serta PT Swarnadwipa Dermaga Jaya (SDJ) yang mengoperasikan pelabuhan di Sungai Musi untuk kegiatan pengapalan komoditas.

Presiden Direktur PT SLR/PT SDJ, Victor B. Tanuadji, menyampaikan bahwa keputusan untuk meng-IPO-kan TIS didasarkan pada prospek bisnis infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dan menarik bagi investor yang peduli terhadap isu keberlanjutan.

“Ini murni bisnis infrastruktur, tanpa keterlibatan aktivitas tambang di dalam TIS,” ujar Victor dalam keterangannya pada Senin (16/12/2024).

Victor optimistis saham TIS akan diterima dengan baik oleh pasar. Sebagai gambaran, perusahaan mencatatkan EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar USD 100 juta pada tahun lalu, dan diproyeksikan meningkat tahun ini.

“Kami yakin angka tersebut akan bertambah signifikan,” tambah Suryo Suwignjo, Direktur Operasi PT Titan Infra Energy, sebagai induk perusahaan TIS.

Suryo menjelaskan bahwa pendapatan TIS sangat bergantung pada volume komoditas utama, yaitu batubara, yang diangkut melalui jalan hauling SLR dan dikapalkan melalui pelabuhan SDJ. Pada tahun 2024, total volume batubara yang diangkut mencapai 21 juta ton, naik sekitar 15% dari 18 juta ton pada tahun 2023. Tahun depan, target ini meningkat menjadi 27 juta ton.

Menariknya, sejak tahun ini, PT Bukit Asam Tbk mulai menggunakan infrastruktur TIS untuk mengangkut batubara mereka.

“Ini memberikan peluang besar bagi pertumbuhan perusahaan ke depannya,” jelas Victor.

Ia juga optimistis bahwa volume batubara dari Bukit Asam yang melewati jalur TIS akan terus meningkat, terutama dengan harga batubara yang stabil di kisaran USD 125 per ton.

Untuk mengantisipasi peningkatan lalu lintas, TIS telah menambah jumlah pelabuhan dari dua menjadi tiga pelabuhan dengan total lima konveyor pada tahun ini. Pada tahun 2025, perusahaan berencana menambah satu konveyor lagi.

Victor memproyeksikan masa depan cerah bagi TIS, mengingat posisi Indonesia sebagai produsen dan eksportir utama batubara termal dunia. Ia mencatat bahwa biaya produksi batubara di Kalimantan semakin mahal akibat penurunan kualitas dan usia tambang yang menua.

“Dengan biaya produksi yang lebih kompetitif, Sumatera Selatan akan menjadi masa depan pasar batubara,” ujar Victor.

Data menunjukkan bahwa Sumatera Selatan merupakan penyumbang terbesar dari produksi batubara di Sumatera, dengan cadangan mencapai 9,3 miliar ton atau sekitar 25% dari total cadangan batubara nasional. Tambang-tambang utama di provinsi ini tersebar di Kabupaten Muara Enim, Lahat, dan Ogan Komering Ulu.

Tahun ini, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Selatan menargetkan produksi batubara sebesar 131 juta ton. Dengan potensi ini, Victor yakin TIS akan menjadi pemain kunci dalam pasar batubara nasional maupun internasional.

Saat ditanya mengenai besaran saham yang akan dilepas ke publik, Suryo menyebut bahwa TIS berkomitmen mengikuti aturan minimal bursa, yaitu 10% dari total saham.

“Kami akan mengikuti regulasi yang berlaku,” ujar Suryo menutup pernyataannya. (Febri)

Bagaimana Menurut Anda