TAPSEL-SUMUT, BERITAANDA – Bumi Tapanuli Selatan (Tapsel) menyimpan begitu banyak keanekaragaman hayati yang tinggi, penemuan bunga padma (rafflesia gaduatensis) raksasa semakin menguatkan ungkapan tersebut.
“Ragam flora tersebut ditemukan peserta lomba lintas hutan tropis V tahun 2019, di kawasan Hutan Lindung Angkola Kecamatan Batang Angkola, Tapsel,” kata Ahmad Yani Batubara, Ketua Kelompok Pecinta Alam Forester Tabagsel, Selasa (12/3/2019).
Lomba lintas hutan tropis V tahun 2019 diselenggarakan oleh Kelompok Pecinta Alam (KPA) Forester Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), dan diikuti sejumlah peserta dari komunitas pencinta alam yang dibagi dalam tiga orang per grup.
Yani mengatakan, ketika ditemukan bunga langka berkelopak lima dan berbintik putih ini tengah mekar. Bunga ditemukan tepatnya di kawasan hutan lindung Angkola yang dikelola UPT KPH Wilayah X Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
“Persisnya antara pos 3 dan pos 4 dari lima pos jalur lomba lintas alam sepanjang 13,4 kilometer, dengan titik start Kelurahan Pintu Padang I melintasi danau di Gunung Gon-gonan serta finishnya di Sigalangan, Batang Angkola,” terang dia.
Seolah tak mau menyia-nyiakan momen berharga, apalagi melewatkan begitu saja. Para peserta pun bergantian berswafoto dengan bunga padma. Dimana di hutan lindung Angkola adalah hal baru, sebab belum pernah tercatat dalam jurnal ilmiah.
“Peserta berdecak kagum, tanpa sungkan mengakui kali pertama melihat langsung bunga padma tumbuh mekar dihabitatnya,” kata Yani seraya menyebut, bunga sejenis ini juga pernah ditemukan di Taman Wisata Alam Sicikeh-cike, Dairi dan Taman Nasional Batang Gadis.
Namun, berbeda dengan bunga rafflesia lain yang pada umum corak khas dan berukuran kecil, padma di hutan lindung Angkola ukurannya jauh lebih besar. Dalam sejarahnya, menurut Yani, rafflesia gadutensis ditemukan oleh W Meijer tahun 1984 di kawasan Ulu Gadut.
Bunga yang pada umumnya berdiameter sekitar 40-60 cm ini tumbuh pada inangnya menjalar tetrastigma lanceolarium, yang termasuk keluarga vitaceae. Diperkirakan, bunga ini memiliki proses tumbuh selama lima tahun dalam fase dari biji, kuncup, bunga dan biji kembali (proses layu).
Masih kata Yani, saat ini pihaknya (KPA Forester Tabagsel) masih melakukan penelitian terhadap bunga langka yang dalam nama lokalnya spesies ini juga disebut cindawan harimau.
“Meskipun tidak sepopuler rafflesia arnoldii yang telah banyak diketahui publik, namun informasi dan data biologi dari spesies rafflesia gadutensis masih banyak yang belum tergali hingga hari ini,” kata dia.
Menurut literatur, jelas Yani, jenis bunga seperti ini hanya ada dan ditemukan di Sumatera Barat saja, tapi ternyata di kawasan hutan lindung Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan juga ada ditemukan.
Forester yakin rafflesia gaduatensis ini ke depan akan dapat menambah hasanah potensi wisata tambahan, selain wisata alam tropis puncak dan danau di Gunung Gon-gonan, Batang Angkola, Tapanuli Selatan. (Anwar)