BANDAR LAMPUNG, BERITAANDA – Dr. H. Muhammad Kadafi, SH MH lahir di Aceh Besar pada 8 Oktober 1983. Ia adalah putra keempat dari H. Rusli Bintang dan Hj. Rasnati Syech, menghabiskan masa kecil di Aceh dengan ditempa di Ponpes Babun Najah Aceh dan MIN 1 Banda Aceh, serta berhasil lulus pada tahun 1995.
Setelah mendapat bekal ilmu agama cukup, Kadafi masuk ke SMP Negeri 1 Banda Aceh sambil tetap mengaji di Ponpes Babun Najah.
Kemudian ikut merantau dan ditempa masa remajanya di perantauan di Kota Bandar Lampung, dengan bersekolah di SMAN 9 Bandar Lampung, yang kemudian bermukim di Lampung.
Kadafi lalu meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Unila pada tahun 2006, sebagai lulusan terbaik.
Menggondol gelar magister hukum pada program pasca sarjana Unila pada tahun 2009, kemudian melanjutkan program Doktor Ilmu Hukum di Universitas Diponegoro, dan meraih gelar doktor pada tahun 2015.
Dari pembalap menjadi rektor.
Kadafi remaja punya hobi dengan andrenalin tinggi, karena mempertaruhkan nyawa setiap saat. Kejelian, fokus, konsistensi, kedisiplinan, banyak dipengaruhi dari attitude ketika jaman balapan.
Puncak prestasinya adalah manakala menjadi salah satu pembalap Indonesia untuk Asia Tenggara di Thailand dengan sponsor Yamaha.
Maka tak heran jika biaya pernikahan dan resepsi sepeserpun tidak minta ke orang tua, karena Kadafi remaja sudah mengumpulkan pundi – pundi uang dari sponsor hasil balapnya. Bahkan waktu itu sudah bisa membeli mobil dengan kocek sendiri, hasil keringat dari balap motor.
Ulet, pekerja keras, nekat, pantang menyerah, disiplin, mandiri, bernyali, itulah gambaran dari sosok Kadafi sejak remaja.
Pada tahun 2010, Kadafi diangkat sebagai rektor. Pada awal menjadi rektor, ia menerima amanat untuk meningkatkan kualitas. Ketika itu baru satu prodi yang terakreditasi B dari 15 prodi yang ada di Universitas Malahayati.
Kadafi menjawabnya dengan langkah strategis dan berani. Dimulai dengan membedah semua aturan dan kebijakan Universitas Malahayati, lalu membuat sejumlah perubahan dan pengembangan, salah satunya adalah menerapkan lelang jabatan.
Ternyata kebijakan lelang jabatan itu mempengaruhi perkembangan Universitas Malahayati, seluruh pemangku kebijakan di kampus berlomba-lomba meningkatkan kapasitas dan kualitas di setiap bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
Dampaknya sangat positif, pola lelang jabatan menghidupkan iklim akademik, sehingga tenaga pengajar berada dalam suasana persaingan yang sehat dalam Tri Darma Perguruan Tinggi.
Dalam tempo tujuh tahun, Kadafi merubah kampus secara signifikan. Sejak 2007, dari 15 prodi itu 12 diantaranya sudah terakreditasi B, jadi penambahan 11 prodi yang meningkat akreditasinya, bahkan Universitas Malahayati pun terakreditasi B.
Universitas Malahayati meraih akreditasi tertinggi diantara perguruan tinggi swasta di wilayah Kopertais II yang mencangkup Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung.
Kadafi mempersiapkan beberapa prodi akan terakrefitasi A di tahun 2019 ini.
Dari Rektor ke Presdir PT. Pertamina Bintang Amin-RSPBA.
Sukses memimpin perguruan tinggi dalam waktu bersamaan, tangan dingin Kadafi juga mampu merubah wajah RS. Pertamina Bintang Amin dan menjadikan rumah sakit tersebut bintang 5 paripurna. Di RS tersebut Kadafi adalah pimpinan tertingginya.
Sebagai Presdir RS. Pertamina Bintang Amin-RSPBA, meskipun secara operasional dibantu direktur umum, wadir, dan staf-staf yang lain, namun Kadafi tidak mau berpangku tangan. Keilmuannya memang di bidang hukum, akan tetapi kemampuan manajerialnya tidak diragukan lagi. Kadafi mampu melakukan kepemimpinan gagasan, kepemimpinan gerakan, dan kepemimpinan moral dalam memimpin dan mengembangkan RS. Pertamina Bintang Amin.
Tak canggung-canggung, anak muda yang rupawan ini mengecek dan mendatangi langsung pasien hampir setiap minggunya untuk memastikan bahwa pelayanan yang dilakukan memuaskan pasien. Selain itu juga untuk mendengarkan keluhan, kritik, masukan, untuk pelayanan yang lebih baik lagi.
Tak heran jika RS. Pertamina Bintang Amin berkat kerja sama semua karyawan, yang memang sudah dianggap Kadafi sebagai keluarga sendiri, dan RS juga bagian dari milik mereka yang harus dijaga, rasa kepemilikan bersama inilah modal utama keberhasilan RS. Pertamina Bintang Amin.
Operasi katarak, bibir sumbing, hernia, pengobatan gratis, dan sunatan massal adalah kegiatan sosial yang dilaksanakan setiap tahunnya. Semua dokter, tenaga medis yang lain, karyawan, bahu membahu melaksanakan kegiatan sosial tersebut dengan tanpa pamrih.
Kadafi tak sungkan terjun langsung berbaur dengan para dokter, tenaga medis, karyawan, dan masyarakat yang mengikuti kegiatan sosial tersebut.
Dari Presdir RS. Pertamina Bintang Amin menjadi pengusaha sukses
Berhasil memimpin kampus, rumah sakit, putra mahkota keluarga bintang ini secara bersamaan pula terjun sebagai pengusaha.
Tempaan ayahandanya yang keras, disiplin, religius, dengan melatih Kadafi remaja menjadi kasir kantin kampus, sangat berbekas dalam diri Kadafi menjadi seorang pekerja keras dan ulet.
Memimpin beberapa unit usaha secara mandiri di luar kampus dan rumah sakit, pergaulan Kadafi semakin luas sehingga dipercaya sebagai Ketum HIPMI Provinsi Lampung 2014-2017, dan di masanya HIPMI Lampung menjadi salah satu HIPMI terbaik se-Indonesia.
Sukses memimpin HIPMI, Kadafi didaulat untuk menjadi Ketua Umum Kadin Lampung, organisasi paling bergengsi dan prestisius di dunia usaha. Dan Kadafi merupakan Ketum Kadin tingkat provinsi termuda se-Indonesia.
6 bulan memimpin Kadin Lampung, menjadi 6 Kadin terbaik se-Idonesia, dan mendapat prioritas untuk membentuk KAD (Komite Advokasi Daerah), lembaga yang dibentuk KPK di daerah dalam rangka pencegahan korupsi di sektor swasta.
Selain itu juga, Pembina Pengusaha Pancasila 2017-2021, Dewan Pakar Aliansi Pedagang Pasar Propinsi Lampung 2015-2020, Ketua Pembina HIPMI Provinsi Lampung 2017-2020, Ketua HKSN Provinsi lampung 2017.
Berkhidmat untuk umat.
Lahir sebagai bagian dari para keluarga ulama di Aceh dan besar di lingkungan pondok pesantren, Kadafi tidak melupakan berkhidmat untuk perjuangan akidah.
Buya KH. Ali Akbar Marbun pengasuh Ponpes Al-Kautsar Al-Akbar, Medan Sumatera Utara yang merupakan satu-satunya ulama dari Sumatera yang menjadi anggota akhwa dalam muktamar NU ke-33 di Jombang adalah masih paman Kadafi.
Wajar jika Kadafi ikut berkhidmat di NU dengan menjadi Ketua Koordinator Perguruan Tinggi NU Indonesia (PP LPTNU) 2015-2020. Kemudian Wakil Ketua PWNU Lampung 2018-2023.
Kedekatannya dengan para ulama tidak diragukan lagi, pembawaannya yang santun, takdim dengan para sesepuh dan ulama, menjadikan Kadafi sebagai anak muda yang disenangi para kyai dan ulama.
Wajar jika Kadafi mendapat julukan santri milenial. Muda, santun, sukses, religius, dan hormat serta takdim dengan para ulama.
Pada tahun 2018 yang lalu dipercaya sebagai Ketua Hari Santri Nasional Provinsi Lampung. Selain di NU, Kadafi juga Dewan Pertimbangan MUI Provinsi Lampung, 2016-2021.
Abang bagi ribuan adik yatim
Kunci kesuksesan keluarga Bintang barangkali salah satunya adalah doa dari para anak yatim dan janda yang ditinggal mati suaminya.
Rusli Bintang, ayahanda Kadafi adalah seorang yatim di usia setamat SLTA. Rusli Bintang muda harus bekerja keras banting tulang pagi, siang, malam, karena beliau adalah tulang punggung keluarga untuk 8 orang saudara dan ibunya.
Pagi sampai sore menjadi buruh bangunan, habis Isya sampai jam 12 malam memanggul pasir dari sungai ke atas sungai. Hal itu dilakukan bertahun-tahun demi menghidupi keluarga.
Puncak keprihatinan kehidupan keluarga beliau adalah ketika adik yang nomor 3 meninggal dunia belum genap satu tahun ayahnya meninggal.
Rusli Bintang muda sangat terpukul atas meninggalnya adik beliau, sehingga konon Rusli Bintang muda berdoa dan berjanji kepada Allah, kalau Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan rizki lebih dan kesuksesan kepadanya jangan sampai ada anak yatim yang susah seperti dia.
Doa itu ternyata diijabah Allah, Rusli Bintang menjadi orang yang sukses di Aceh, mulai dipercaya sebagai mandor, agen semen tingkat kampung, terus berkembang menjadi kontraktor, hingga kemudian menjadi miliarder di Aceh.
Setelah berhasil menjadi miliarder, Rusli Bintang menunaikan janjinya kepada Allah dengan mendirikan Ponpes Babun Najah dan Universitas Abulyatama Aceh.
Kalau tidak karena kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala, hampir mustahil seorang yang hanya lulusan SMA dan yatim bisa berhasil memiliki 4 perguruan tinggi (Universitas Malahayati Bandar Lampung, Universitas Batam, Universitas Abulyatama Aceh, Institit Kesehatan Indonesia Jakarta).
Dari 4 perguruan tinggi tersebut tiga diantaranya ada fakultas kedokteran, dan merupakan jurusan favorit. Selain itu, Rusli Bintang juga berhasil membangun 3 rumah sakit. Rumah Sakit Pertamedika Umi Rosnati Aceh, Rumah Sakit Hj. Bunda Halimah Batam, dan Rumah Sakit PT. Pertamina Bintang Amin Lampung.
Pondok pesantren dan perguruan tinggi tersebut menggratiskan untuk anak yatim berprestasi.
Keistiqomahan itu masih terus dijaga hingga hari ini, menyantuni adik-adik yatim setiap bulannya, hingga akil baligh. Ibu yatim yang berhasil mendidik anaknya dan berprestasi diberikan reward umroh setiap tahunnya.
Sementara Bang Dafi begitu panggilan akrab Kadafi dari adik-adik yatim, setiap Ramadhan tiba akan berkeliling ke rumah rumah adik yatim satu-persatu untuk bersilaturahmi, mengecek kondisinya secara langsung, dan melihat potensi ekonomi yang bisa dibantu.
Ada kurang lebih se-Indonesia 9.000 adik yatim di bawah naungan Yayasan Alih Tekhnologi Universitas Malahayati, untuk Lampung berkisar 3.000-an.
Burung kicaunya ditawar presiden.
Di sela-sela kesibukannya menjadi rektor, Presdir RS.Pertamina Bintang Amin, Ketum Kadin, Wakil Ketua PWNU, dan jabatan lainnya. Kadafi masih menyempatkan diri untuk menyisakan waktu mengeluti hobinya, yakni burung kicau.
Kadafi adalah Ketua Umum Persatuan Burung Kicau BNR Indonesia 2016-2020. Organisasi burung kicau tingkat nasional.
Kadafi berpedoman, hobi burung kicau ini dilandasi nawaitu untuk menjaga hubungan baik dengan alam, iklim dunia semakin rusak, global warming sangat luar biasa dampaknya bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi, dengan merawat burung kicau berarti turut serta menjaga kestabilan ekosistem dunia, sehingga ini adalah ikhtiar untuk menjaga hubungan baik dengan alam, yakni hablu minnal alam. Selain hablu minnallah dan hablu minnanas tentunya.
Dalam lomba burung kicau Piala Presiden Cup di Istana Bogor, tak tanggung-tanggung burung kicau Kadafi ditawar oleh presiden dengan harga ratusan juta rupiah, tapi tidak diberikan karena memang tidak dijual.
Mengabdi untuk Lampung, tak melupakan Aceh.
Meski bermukim di Lampung, akan tetapi Kadafi tidak melupakan Aceh. Minimal setiap bulannya Kadafi menyempatkan ke Aceh, karena memang Kadafi juga penasehat yayasan disana.
Selain itu, Kadafi didaulat sebagai Ketua Pembina Masyarakat Lampung Asal Aceh 2017-2022.
Ada sekitar 20 ribuan orang asal Aceh yang sudah menetap tinggal di Lampung, menyebar di 15 kabupaten/kota di Lampung.
Sebagai ketua pembina, Kadafi selalu menyempatkan hadir di acara-acara yang digelar keluarga Aceh-Lampung.
Terjun ke parlemen.
Sukses menjadi rektor, Presdir RS. Pertamina Bintang Amin, memimpin usaha keluarga, memimpin usaha sendiri, berprestasi dalam memimpin berbagai organisasi, berkontribusi nyata untuk perjuangan umat, abang bagi ribuan adik yatim, Kadafi adalah anak muda yang berprestasi dan multi talenta.
Kadafi tak berlebih jika dikatakan sebagai figur pribadi yang lengkap, santri (Wakil Ketua PWNU), saudagar (Ketua Umum Kadin), intelektual (Rektor Univ. Malahayati), dan sebentar lagi sekaligus sebagai seorang politisi.
Abang dari ribuan adik yatim, dan bapak bagi ribuan karyawan ini, bismillah nawaitu mewakafkan diri untuk perjuangan yang lebih luas.
Dr. H. Muhammad Kadafi, SH MH adalah salah satu calon anggota DPR RI dari dapil Lampung 1 yang meliputi Bandar lampung, Lampung selatan, Metro, Pringsewu, Pesawaran, Tanggamus, Pesisir Barat, Lebihampung barat, dari PKB nomor urut 2.
Baginya politik adalah menukil dari kitab ahkamussulthoniyah karangan Imam Al Mawardi dan Ihya Ulumuddin karangan Imam Al Ghazali.
“Poitik adalah usaha usaha perbaikan umat manusia menuju keselamtan dunia dan akhirat,” kata dia.
Terjun ke gelanggang politik merupakan ruang pengabdian yang lebih luas untuk masyarakat, dan bukan mencari pekerjaan.
“Parlemen hanya sebagai wasilah medan perjuangan umat, agar kebijakan yang lahir dari sana membawa kemaslahatan yang lebih besar untuk umat,” pungkas Kadafi. (Katrine)