Membentuk Akhlak Mulia Dengan Berpuasa

34

Oleh : Mustofa Tohari, S.Pd.I., M.Pd (Dosen Pendidikan Agama Islam, Universitas Bangka Belitung)

BERITAANDA – Akhlak dapat diartikan sebagai tabiat dan watak alami manusia. Menurut imam Al-Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang menetap dalam jiwa dan perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa memerlukan penelitian teriebih dahulu. Akhlak dibagi menjadi 2 (dua) yaitu  akhlakul mahmudah atau akhlak yang baik dan akhlakul madzmumah yaitu akhlak yang buruk.

Akhlak mulia sebagai kata lain dari akhlak mahmudah adalah pondasi penting dalam kehidupan manusia. Nabi Muhammdah SAW sendiri menegaskan dalam dalam sebuah hadits “innama buistu liutammima shaalihal akhlaqi.” Artinya: “Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (H.R. Ahmad). 

Hal itu menunjukkan  bahwa akhlak adalah hal yang sangat penting yang ikut menentukan kehidupan. Cerminan dari akhlak adalah adab. Di dalam sebuah pepatah Arab dikatakan “Al adabu fauqol ilmi” artinya adab lebih tinggi daripada ilmu. Dua ungkapan ini cukup untuk menggambarkan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan.

Meskipun akhlak mulia telah diajarkan sekaligus dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang terbaik, nyatanya dewasa ini masih banyak manusia yang mengingkarinya. Akhir-akhir ini sering kita dengar maraknya perbuatan kriminal yang beritakan melalui televisi, media massa, maupun media sosial. Banyaknya kasus pembunuhan, korupsi, penipuan, pemerkosaan, judi online, narkoba dan masih banyak kasus lainnya. Agama dan akal yang dimiliki seolah tidak mampu menjadi perisai dari dorongan hawa nafsu yang dimilikinya.

Manusia dengan akal yang dimilikinya berpotensi menjadi makhluk yang taat kepada Tuhannya, sebaliknya dengan hawa nasfunya manusia bisa menjadi makhluk yang ingkar. Allah SWT memerintahkan manusia untuk berpuasa sebagaimana tersurat di dalam kitab suci Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Selain menumbuhkan sifat taqwa, puasa juga mengandung nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk manusia untuk memiliki akhlak mulia.

Adapun nilai-nilai pendidikan dalam ibadah puasa diantaranya yaitu ; satu, nilai keimanan. Ibadah Puasa mengajarkan umat islam untuk benar-benar mengimplementasikan nilai keimanan kepada Allah SWT, dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya, diantaranya meninggalkan perbuatan maksiat. Karena perbuatan maksiat dapat membatalkan puasa. Kedua, nilai kejujuran. Puasa mengajarkan manusia untuk berikap jujur. Orang yang berpuasa akan menghindari makan dan minum meskipun tidak ada seorang pun yang melihatnya. Hal tersebut membentuk kejujuran yang tercermin dalam perkataan maupun  perbuatan. Ketiga, nilai nilai empati. Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga meskipun mempunyai banyak makanan dan minuman. Pengalaman ini membuat manusia dapat merasakan apa yang biasa dialami golongan fakir dan miskin sehingga menumbuhkan rasa empati dan kasih sayang di dalamnya. Ketiga, semangat berbagi. Ibadah puasa, khususnya di bulan Ramadhan mendorong umat islam untuk banyak berbagi dengan imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, semangat berbagi tersebut diwujudkan dengan perintah Zakat fitrah sebagai kewajiban umat islam dan bentuk sedekah lainnya. 

Dari pemaparan di atas, nampaknya jelas sekali bahwa ibadah puasa mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk akhlak mulia manusia, baik akhlak secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal yaitu akhlak terhadap Allah SWT, yang diwujudkan dengan cara tunduk dan patuh kepadaNya, sedangkan secara horizontal yaitu akhlak terhadap sesama manusia, yang diwujudkan dengan selalu berbuat baik, menebar kasih sayang terhadap sesama.

Bagaimana Menurut Anda