Inflasi Lampung Juni 2025 Terkendali dalam Sasaran 2,5±1% (YoY)

11

BANDAR LAMPUNG, BERITAANDA – Inflasi di Provinsi Lampung pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,04% (mtm), berbalik dari kondisi deflasi pada Mei 2025 yang sebesar -0,58% (mtm). Meski mengalami kenaikan, inflasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan angka nasional yang berada di 0,19% (mtm).

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Lampung mencapai 2,27%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,12%, dan juga di atas rata-rata nasional sebesar 1,87%. Dengan angka tersebut, inflasi Lampung masih berada dalam rentang sasaran 2,5±1% (yoy) yang ditetapkan Bank Indonesia.

Penyumbang Inflasi: Bahan Pangan Masih Dominan

Inflasi bulanan Juni 2025 terutama disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas dalam kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Komoditas penyumbang utama inflasi antara lain:

  • Beras (0,06%)

  • Cabai rawit (0,04%)

  • Bawang merah (0,04%)

  • Tomat (0,04%)

  • Daging ayam ras (0,03%)

Kenaikan harga beras terjadi seiring masuknya masa tanam gadu (April–Juli 2025). Sementara, kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah disebabkan menurunnya pasokan akibat berakhirnya masa panen. Kenaikan harga daging ayam ras turut dipengaruhi oleh relaksasi Harga Acuan Pembelian (HAP) di tingkat konsumen yang diterapkan pemerintah sejak Juni 2025.

Komoditas Penyumbang Deflasi

Meski mengalami inflasi, sejumlah komoditas mencatat penurunan harga dan turut menahan laju inflasi seperti:

  • Bawang putih (-0,09%)

  • Cabai merah (-0,06%)

  • Kangkung (-0,02%)

  • Jeruk (-0,02%)

  • Bensin (-0,02%)

Penurunan harga cabai merah didorong oleh masuknya masa panen di Kabupaten Pesawaran. Sedangkan penurunan harga sayuran dan jeruk terjadi berkat peningkatan produksi di Lampung Barat dan Pringsewu. Penurunan harga bensin terkait kebijakan penyesuaian harga BBM non-subsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Lite.

Proyeksi dan Risiko Inflasi ke Depan

Bank Indonesia Provinsi Lampung memproyeksikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran sepanjang 2025. Meski demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai:

Inflasi Inti (Core Inflation):

  1. Kenaikan permintaan akibat penyesuaian UMP sebesar 6,5% secara bertahap.

  2. Tren kenaikan harga emas global akibat ketidakpastian geopolitik dan kebijakan ekonomi AS.

Inflasi Volatile Food:

  1. Potensi kenaikan harga beras pasca masa panen raya.

  2. Musim kemarau mulai Juni 2025 yang berisiko mengganggu produksi pangan dan hortikultura.

Inflasi Administered Price:

  1. Potensi kenaikan harga BBM mengikuti harga minyak dunia yang terdampak ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

  2. Kebijakan tarif baru dari AS yang berpotensi memengaruhi harga barang-barang impor.

Strategi Pengendalian Inflasi: 4K

Bank Indonesia bersama TPID Provinsi Lampung akan terus memperkuat strategi pengendalian inflasi melalui pendekatan 4K:

1. Keterjangkauan Harga

  • Operasi pasar/SPHP beras yang terarah dan tepat sasaran.

  • Pemantauan harga dan pasokan komoditas strategis seperti cabai, bawang, sayur, dan protein hewani.

2. Ketersediaan Pasokan

  • Perluasan Toko Pengendali Inflasi di wilayah IHK/non-IHK.

  • Penguatan kerja sama antar/intra daerah untuk komoditas defisit.

  • Optimalisasi program swasembada pangan, termasuk penggunaan varietas unggul, bantuan alsintan, dan distribusi pupuk subsidi.

3. Kelancaran Distribusi

  • Menjamin ketersediaan moda transportasi untuk distribusi pangan.

  • Perbaikan infrastruktur jalan yang dilalui angkutan bahan pangan.

  • Penguatan peran Mobil TOP (Transportasi Operasi Pasar).

4. Komunikasi Efektif

  • Rapat koordinasi rutin tingkat kabupaten/kota untuk mengantisipasi dinamika harga dan pasokan.

  • Penguatan sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat guna menjaga ekspektasi positif.

  • Pengembangan sistem informasi neraca pangan dengan data real-time dan akurat.

 

(Siaran Pers KPw Bank Indonesia Provinsi Lampung / Bimo Epyanto, Direktur)

Bagaimana Menurut Anda