



BANDAR LAMPUNG, BERITAANDA – Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Lampung pada April 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 1,19% (mtm), melambat dibandingkan bulan Maret 2025 yang mencatat inflasi sebesar 1,96% (mtm).
Realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,17% (mtm). Secara tahunan (yoy), inflasi di Provinsi Lampung pada April 2025 mencapai 2,80%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,58% (yoy) dan juga lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 1,95% (yoy).
Dari sisi penyebabnya, inflasi April 2025 terutama dipicu oleh kenaikan harga pada komoditas berikut: tarif listrik (0,87%), bawang merah (0,18%), tomat (0,11%), emas perhiasan (0,11%), dan bawang putih (0,06%) mtm.
Kenaikan tarif listrik terjadi seiring dengan berakhirnya masa diskon 50% untuk pelanggan rumah tangga PLN dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA yang berlaku selama Januari–Februari 2025.
Harga bawang merah naik karena memasuki akhir masa panen di sentra produksi Jawa Barat, sementara kenaikan harga bawang putih disebabkan oleh penundaan realisasi impor.
Harga emas perhiasan turut terdongkrak akibat kenaikan harga emas dunia di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Sementara itu, harga tomat meningkat karena produksi terganggu oleh intensitas hujan yang tinggi.
Meski demikian, inflasi pada April 2025 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga (deflasi), antara lain cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, bayam, tarif pulsa ponsel, dan bensin.
Penurunan harga cabai rawit terjadi berkat peningkatan pasokan selama masa panen di berbagai sentra produksi. Sementara itu, harga daging dan telur ayam ras menurun seiring meredanya permintaan pasca puncak musim permintaan tinggi pada Ramadan dan Idulfitri bulan sebelumnya.
Penurunan harga bensin dipengaruhi oleh penyesuaian harga Pertamax Green (RON 95) oleh PT Pertamina (Persero) pada April 2025.
Langkah Strategis Pengendalian Inflasi oleh BI dan TPID Provinsi Lampung
Menyikapi perkembangan inflasi dan potensi risikonya ke depan, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Lampung terus memperkuat koordinasi dan sinergi pengendalian inflasi melalui strategi 4K:
-
Keterjangkauan Harga
-
Melakukan operasi pasar beras/SPHP secara terarah dan tepat sasaran.
-
Monitoring harga dan pasokan secara intensif, khususnya komoditas berisiko tinggi seperti beras, aneka cabai, aneka sayuran, serta daging dan telur ayam ras.
-
-
Ketersediaan Pasokan
-
Perluasan implementasi Toko Pengendalian Inflasi di seluruh wilayah IHK dan non-IHK.
-
Penguatan kerja sama antar-daerah (KAD) maupun intra-daerah di Lampung untuk komoditas defisit atau berisiko defisit dari daerah sentra produksi.
-
-
Kelancaran Distribusi
-
Penguatan kapasitas transportasi, termasuk penambahan volume dan rute penerbangan.
-
Mendorong keberlanjutan dan perluasan implementasi Mobil TOP (Transportasi Operasi Pasar) guna mendukung kelancaran distribusi dalam operasi pasar.
-
-
Komunikasi Efektif
-
Menggelar rapat koordinasi rutin mingguan di setiap kabupaten/kota guna meningkatkan kesadaran akan dinamika harga dan pasokan terkini.
-
Memperkuat sinergi komunikasi dengan media dan masyarakat untuk menjaga ekspektasi positif terhadap perkembangan harga dan kecukupan pasokan.
-
(Siaran Pers KPw Bank Indonesia Provinsi Lampung — Kepala Perwakilan, Junanto Herdiawan / Direktur Eksekutif)