Genggaman Ibu Lepas, Bocah Malang ‘Digulung’ Sungai Aek Marihan Paluta

911
Petugas gabungan TNI/Polri melakukan pencarian terhadap korban Ratih (7), yang terseret arus Sungai Aek Marihan, Paluta.

PALUTA-SUMUT, BERITAANDA – Kejadian ini patut menjadi pembelajaran bagi masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di bantaran sungai. Seperti kasus yang menimpa bocah berusia 7 tahun di Desa Simataniari, Kecamatan Dolok, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta).

Sebelumnya, perangkat desa berikut warga setempat kerap menegur keluarga ini, agar segera berpindah hunian dari lokasi yang hanya berjarak lima meter dari bibir sungai. Namun, dalil keberadaan lahan kebun dijadikan faktor keengganan mereka pindah rumah.

Kabar memilukan berhembus dari lokasi tersebut pada Senin (11/2/2019) jelang tengah malam. Sebelumnya, sekitar pukul 16.00 Wib, Sungai Aek Marihan meluap dan mulai menggenangi rumah, hingga membuat sang ibu mengajak ketiga anaknya masuk dan berlindung di dalam rumah.

Selang waktu berlanjut, tepatnya sekitar pukul 23.00 Wib, merasa ada yang kurang beres dengan kerangka rumah yang terasa berguncang, dengan menggunakan penerangan senter si ibu mengecek keadaan di luar lewat pintu rumah.

Kaget bukan main, ternyata debit air sudah mulai menggenangi rumah mereka. Tak mau ambil resiko, dengan menggenggam ketiga pergelangan tangan anaknya, sang ibu bermaksud meninggalkan rumah menuju tempat yang dirasa aman.

Disinilah cerita pilu itu terjadi, saat hendak mulai beranjak menuruni tangga menyeberangi luapan air sungai, salah seorang anaknya bernama Ratih (7) lepas dari genggaman. Sontak ia pun histeris, berteriak sekuat-kuatnya meminta pertolongan warga.

Ratih, siswi SD si bocah malang pun hilang di tengah kegelapan malam ditelan gulungan sungai yang seolah menggila. Hingga kini, semua kekuatan terdiri dari petugas gabungan TNI/Polri beserta warga bergerak mencari keberadaan perempuan mungil ini.

“Semenjak Ratih dinyatakan hilang terseret arus Sungai Aek Marihan, hingga hari ini petugas gabungan TNI/Polri dibantu masyarakat, masih terus melakukan pencarian,” kata Kapolres Tapanuli Selatan (Tapsel), AKBP Irwa Zaini Adib, Selasa (12/2/2019).

Tutur Kapolres, terkait keberadaan sang suami (ayah Ratih) pada malam kejadian, waktu itu tengah berada di warung kopi, sebab sebelumnya niatnya untuk pulang ke rumah urung dilakukan karena melihat debit air sedang meninggi.

“Sembari menunggu air menyusut, malam itu ayah Ratih minum di warung kopi sekitar,” tandas Kapolres melalui Kasubag Humas, IPTU Alfian Sitepu seraya mengucapkan keprihatinannya atas peristiwa memilukan tersebut. (Anwar)

Bagaimana Menurut Anda