



PALEMBANG, BERITAANDA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat perekonomian Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 tumbuh 6,04 persen (c-to-c).
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 13,15 persen diikuti jasa perusahaan sebesar 9,51 persen serta pertambangan dan penggalian sebesar 9,27 persen.
Sementara itu perekonomian Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2018 mencapai Rp419,72 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp298,57 triliun.
Struktur PDRB Provinsi Sumatera Selatan menurut lapangan usaha tahun 2018 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu pertambangan dan penggalian (20,24 persen), industri pengolahan (19,52 persen), serta pertanian, kehutanan, dan perikanan (14,80 persen).
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan tahun 2018, pertambangan dan penggalian memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,99 persen, diikuti industri pengolahan sebesar 1,04 persen dan perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,82 persen.
Kepala BPS Sumsel Endang Tri Wahyuningsi mengatakan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 8,57 persen.
“Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan triwulan IV 2018 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi sebesar 2,91 persen. Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yang mengalami kontraksi sebesar 19,90 persen,” ujarnya, Rabu (6/2/2019).
Dilanjutkan Endang, dari sisi pengeluaran disebabkan oleh komponen ekspor luar negeri yang mengalami kontraksi sebesar 30,68 persen.
“Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan triwulan IV 2018 terhadap triwulan IV 2017 (y-o-y) tumbuh 6,07 persen. Dilhat dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 17,09 persen,” ungkapnya. (Febri)