


KAYUAGUNG-OKI, BERITAANDA – Bupati Ogan Komering Ilir (OKI) H. Iskandar, SE mengajak Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan, Kebun dan Lahan (Satgas Dalkarhutbunla) di OKI tetap siaga.
Hujan yang turun di hampir seluruh wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir pada hari Selasa kemarin, menurut Iskandar, memang efektif menurunkan jumlah titik api (Hot spot). Namun bukan berarti status siaga dampak karhutla dicabut.
“Seharusnya kita sekarang berada di lapangan, namun pertemuan ini penting untuk mengevaluasi kerja-kerja kita dalam pengendalian karhutbunla. Saya juga mengajak untuk mengukuhkan semangat dan komitmen untuk mencegah terjadinya lagi kebakaran lahan,” ungkap Iskandar pada rakor evaluasi pengendalian kebakaran hutan, kebun dan lahan di kantor Bupati OKI, Rabu (25/9/2019).
Iskandar mengakui kebakaran lahan telah menjadi preseden buruk bagi Kabupaten OKI. Namun menurut dia, upaya yang dilakukan sudah maksimal untuk mencegah maupun menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.
“Kalau hotspot kita banyak itu karena luasnya wilayah OKI, tapi tahun ini berkat kerja keroyokan jumlahnya jauh menurun dari tahun 2015 lalu,” ungkapnya.
Iskandar juga menolak anggapan bahwa OKI jadi daerah penyumbang asap.
“Ini boleh kita cermati lagi. Apakah asapnya benar dari OKI. Apakah angin itu bertiupnya statis. Tapi tidak usah kita cari persolan itu, yang penting fokus kita adalah mencegah kebakaran kembali terjadi,” tegas Iskandar.
Kepada perusahaan pemegang konsesi lahan, kata Iskandar, untuk tetap komitmen dalam pencegahan. Tidak hanya di areal HGU, juga menjaga radius sekitar.
“Komitmen saudara (perusahaan) bisa dilihat berapa besar anggaran yang dia sediakan untuk penanggulangan karhutla. Sekarang tidak perlu diminta, cukup kesadaran masing-masing, karena akan menjadi catatan bagi pemda,” tukas Iskandar.
Kapolres OKI AKBP Dony Eka Syaputra mengungkap, dalam penegakan hukum pihaknya sudah menetapkan 11 tersangka pembakar hutan dan lahan dari 8 kejadian berbeda.
Doni mengatakan tidak menutup kemungkinan juga akan ada tersangka koporasi.
“Soal penatapan tersangka di OKI paling banyak. Jadi ini kami wanti-wanti, jangan sampai pemegang HGU lalai, kita akan cek peralatan, SDM-nya sesuai atau tidak. Jangan sampai nanti ada upaya pembiaran,” tegas Doni.
Kapolres juga mengingatkan pasca hujan dua hari terakhir, bertambahnya hotspot masih memungkinkan, maka upaya keroyokan tetap dimaksimalkan.
Sementara Dandim 0402 OKI/OKI Letkol. Inf. Riyandi mengatakan, dalam melakukan pencegahan dan pengendalian karhutla penting juga melibatkan masyarakat.
Jadi dibalik framingnya satgas yang membantu masyarakat, bukan sebaliknya. Dengan upaya itu, menurut Riyandi, upaya penanggulangan efektif dilakukan. Dicontohnya keberhasilan satgas dalam menanggulangi titik api di Desa Sungai Bungin Kecamatan Pangkalan Lampam.
“Kalau kita mau cari pembakar lahan itu sulit, tapi kalau masyarakat itu sendiri yang menjaga lahannya, akan meminimalisir kebakaran lahan,” jelas dia.
Riyandi juga menyebutkan, kebakaran hutan dan lahan bukan karena bencana, namun ada ulah manusia.
“Ini dugaan kami yang berada di lapangan, kebakaran bukan karena bencana tapi faktor kesengajaan ataupun kelalaian manusia,” tukas Riyandi.
Riyandi mengatakan, mayoritas lahan yang terbakar berada pada areal sengketa dekat konsesi perusahaan.
“Fakta di lapangan demikian, semoga dugaan saya tidak benar ada upaya pembakaran, apakah dari korporasi atau masyarakat yang melakukan saya tidak bisa sebut, karena butuh data pendukung,” ungkap Dandim.
Faktor lain, tambahnya, karena fenomena alam. Namun ini sangat minim terjadi.
“Jadi di dalam gambut itu ada rongga bisa saja titik terbakarnya bukan di lokasi lain, namun asapnya keluar disana,” tukasnya.
Kepala BPBD OKI Listiadi Martin mengungkap, hujan yang turun pada Selasa (kemarin) efektif menurutkan titik panas (hotspot) dan titik api (fire spot) di Kabupaten OKI.
“Data terakhir kami pantau dari 150 hotspot turun drastis jadi 4 titik hari ini,” ungkapnya. Namun, menurut Listiadi, mengutif data dari BMKG hujan masih bersifat anomali atau belum permanen.
“Prediksi BMKG, hujan turun dalam beberapa hari terakhir, namun belum menandakan musim kemarau telah berakhir. Upaya siaga kita jangan kendor,” ujar Listiadi.
Upaya keroyokan, tambahnya, tetap dimaksimalkan. Mengingat status darurat dampak kebakaran hutan kebun dan lahan (karhutbunla) masih bersisa 30 hari lagi.
“Sejak ditandatangani bupati, status itu belum dicabut, artinya kita tetap waspada,” tutupnya. (Iwan)