PESAWARAN-LAMPUNG, BERITAANDA – Prajurit Petarung Harimau Sumatera Brigade Infanteri 4 Marinir/BS laksanakan upacara dan doa bersama dalam rangka peringatan Hari Dharma Samudera guna mengenang sejarah pertempuran di Laut Arafuru yang terjadi 57 tahun silam saat operasi pembebasan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda untuk kembali ke pangkuan Republik Indonesia.
Upacara yang digelar oleh Brigif 4 Mar/BS ini dengan inspektur upacara Wadan Brigif 4 Mar/BS Letkol Marinir Datuk Sinaga di lapangan apel Brigif 4 Mar/BS, Piabung, Padang Cermin, Pesawaran, Lampung, Selasa (15/1/2019), karena latar sejarah. Dimana pimpinan TNI AL telah menetapkan bahwa tanggal 15 Januari sebagai Hari Dharma Samudera.
Pertempuran Laut Arafuru yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962 telah tercatat sebagai pertempuran laut paling heroik dalam sejarah Republik Indonesia.
Tiga kapal cepat ALRI jenis Motor Torpedo Boat atau MTB, yaitu RI Harimau, RI Matjan Tutul dan RI Matjan Kumbang harus berjibaku melawan tiga kapal kombatan utama dan sebuah pesawat udara Angkatan Laut Kerajaan Belanda.
Ketiga MTB yang tergabung dalam satuan tugas Chusus-9 atau Stc-9 ini, sebenarnya mengemban tugas infiltrasi mendaratkan pasukan angkatan darat di Timur Kaimana sebagai langkah awal perjuangan trikora.
Sesuai dengan rencana operasi, unsur-unsur Stc-9 harus kembali ke pangkalan manakala posisinya diketahui musuh. Namun armada tempur Belanda terus mengejar dan menyerang tiga MTB ALRI ini.
Di tengah situasi genting dengan kekuatan yang tidak seimbang itu, Deputy I Men/KSAL Komodor Yos Sudarso yang berada di RI Matjan Tutul sebagai Senior Officer Present Afloat (SOPA), mengambil alih komando kapal tersebut dengan melakukan manuver menyongsong gerak maju tiga kapal kombatan Belanda, sehingga serangan semua kapal musuh tertuju pada RI Matjan Tutul.
Kumandang ‘kobarkan semangat pertempuran’ yang diserukan oleh Komodor Yos Sudarso lewat radio telephone, mengiringi perlawanan RI Matjan Tutul menghadang armada musuh yang lebih unggul kekuatannya.
RI Matjan Tutul tenggelam secara gentle and brave bersama Komodor Yos Sudarso yang gugur sebagai kusuma bangsa. Pengorbanan pahlawan samudera itu justru mengobarkan sentimen nasional untuk segera mengembalikan Irian Barat ke pangkuan ibu pertiwi dan berhasil diwujudkan pada tanggal 1 Mei 1963.
Dalam amanatnya yang dibacakan irup Kepala Staf Angkatan Laut Laksmana TNI Siwi Sukma Adji, SE MM mengatakan bahwa para pahlawan Laut Aru telah memberikan keteladanan sejati, yakni sikap ksatria dan rela berkorban. Mereka telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia tidak pernah gentar menghadapi musuh dalam upaya mempertahanan wilayah dan kedaulatan negara.
“Sikap ksatria dan rela berkorban tersebut merupakan cerminan dari kedisiplinan, hirarki dan kehormatan militer yang selalu terjaga meskipun dalam kondisi kritis sekalipun,” tambah Kepala Staf Angkatan Laut.
Selain kegiatan upacara, Brigif 4 Mar/BS juga menggelar acara doa bersama yang dihadiri oleh perwira staf, Dansatlak dan para perwira di jajaran Brigif 4 Mar/BS untuk mengenang pertempuran Laut Arafuru 15 Januari 1962, sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa dan raga mereka demi mempertahankan keutuhan NKRI yang kita cintai ini.
Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya, dan tidak kalah pentingnya para pahlawan telah mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus untuk dapat diaktualisasikan dalam tugas-tugas kekinian. Kenyataan telah memperlihatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter nasionalnya yang mampu menyaring nilai-nilai global untuk kepentingan nasionalnya. (Katrine)