INDRALAYA-OI, BERITAANDA – Bobby Adhityo Rizaldi selaku anggota DPR RI dari Fraksi Golkar kembali menggelar sosialisasi 4 pilar kebangsaan di daerah pemilihannya. Kali ini di Desa Tanjung Raja, Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir [OI] dengan tetap menerapkan protokol kesehatan [prokes], Selasa [16/3].
Dihadapan warga yang didominasi ibu rumah tangga, Bobby menjelaskan bahwa 4 pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana.
Bobby Adhityo Rizaldi kembali menyampaikan, sosialisasi 4 pilar tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika ini penting untuk hidup berbangsa dan kecintaan kita pada negeri ini.
“Karena hal itulah, di tengah pandemi Covid-19 ini, kita harus menerapkan sikap gotong-royong, tenggang rasa dan saling membantu sesama,” ungkapnya.
“Dalam situasi negara menghadapi masalah Covid 19, kita benar-benar terpuruk. Maka dari itu kekompakan melawan wabah, dengan patuh terhadap protokol kesehatan,” tambah pria asli Kayuagung ini.
Dilanjutkan dia, kedisiplinan dari seluruh anggota masyarakat merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi agar kita bisa selamat dari ancaman virus corona tersebut. Langkah penerapan protokol kesehatan di semua aspek tersebut harus terus dilakukan, mengingat kondisi saat ini masih dinamis dan ancaman penyebaran Covid-19 masih ada.
“Hendaklah kita harus saling menjaga kesehatan masing-masing agar tidak menimbulkan klaster-klaster baru dengan mematuhi protokol kesehatan 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak aman dan mencuci tangan menggunakan sabun dengan air yang mengalir,” katanya.
Bobby kembali melanjutkan, Di tengah pandemi Covid-19, konsumsi media sosial [medsos] di masyarakat cenderung meningkat. Hal ini lantaran adanya kebijakan physical distancing yang dikeluarkan pemerintah.
Alhasil, kata dia, aktivitas komunikasi masyarakat Indonesia lebih banyak dilakukan di medsos. Bahkan, sebagian besar masyarakat tidak hanya menggunakan medsos sebagai media komunikasi, tapi juga sumber informasi yang dipercayai. Padahal, tidak semua yang diunggah di medsos merupakan berita yang valid atau malah bisa jadi berita hoax (informasi yang tidak benar).
“Berita hoax dapat merugikan orang lain dan memengaruhi pola pikir penerima berita. Penyebar berita hoax pun tidak begitu saja luput dari jeratan hukum. Di Indonesia sudah ada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang dapat menjerat perilaku pengguna medsos yang melanggar UU tersebut. Oleh karena itu, pengguna medsos harus cermat dan bijak dalam mengunggah informasi,” tegas dia.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengunggah informasi di medsos agar kita tidak menjadi bagian dari penyebar berita hoax. Pertama, jangan hanya membaca judul, tapi harus keseluruhan informasi. Kedua, mengecek sumber berita.
“Contohnya saja berita terkait vaksin yang cendrung benada negatif hadir dalam media sosial. Pengguna medsos harus mencari informasi serupa yang terdapat di media-media tepercaya. Jika informasi yang terdapat di medsos itu tidak ada atau berlainan dengan informasi di situs resmi, dapat dikatakan informasi yang bersumber dari medsos tersebut hoaks atau disinformasi,” teran dia.
Kata dia, sejatinya vaksin adalah sebuah ikhtiar dunia kesehatan untuk membangun daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
“Strategi pemerintah menyiapkan vaksin dibagi menjadi tiga tahap. Tahap jangka pendek mengimpor dari partner luar negeri, jangka menengah vaksin akan dikembangkan ke arah hulu, dan jangka panjang pemerintah akan mengembangkan sendiri vaksin buatan dalam negeri,” kata dia.
Ia juga menjelaskan, vaksinasi dapat mewujudkan 70% daya tahan tubuh meningkatkan imunitas kita. Hal ini penting sebagai bentuk ikhtiar kita menghadapi Covid-19. “Maka mari kita wujudkan kebersihan dengan cara melaksanakan 3M dan lakukan vaksinasi untuk terbebas dari Covid-19.” [*]