KERINCI, BERITAANDA – Derasnya intensitas hujan yang melanda Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh beberapa hari ini, membuat beberapa desa dilanda kebanjiran.
Seperti yang terjadi di Desa Tanjung Tanah, Desa Simpang Empat dan Desa Baru, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci yang diterjang banjir parah, Ahad (17/11/2024) sekitar pukul 01.00 WIB.
Pantauan di lokasi, ketinggian air terlihat hingga satu meter atau mencapai lutut hingga pinggang orang dewasa. Alhasil, ratusan rumah terendam. Bahkan tidak sedikit warga terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih aman demi menyelamatkan harta benda mereka.
Selain itu, banjir juga menggenangi pasar desa sampai jalan nasional, sehingga perekonomian dan aktivitas transaksi jual beli di pasar desa terancam lumpuh. Mirisnya lagi, rumah ibadah nyaris saja terendam.
“Sama sekali belum ada solusi, baru diguyur hujan beberapa jam saja, ratusan rumah warga di tiga desa terendam banjir. Ini sangat miris, sebab banjir selalu datang ketika intensitas hujan tinggi,” ungkap Sony, warga setempat, Senin (18/11/2024).
Sony kembali menjelaskan, dirinya kerap merasa trauma ketika curah hujan sedang meninggi.
“Iya, saya trauma jika hujan deras, sebab rumah saya pasti terendam. Hal ini seharusnya menjadi perhatian serius dari pemerintah desa maupun pemerintah daerah agar dicarikan solusi yang tepat, hingga banjir bisa teratasi,” beber dia.
Dijelaskannya, luapan air sungai berkategori kecil yang melintasi tiga desa tersebut adalah penyebab banjir. Sedangkan sungai itu sudah dinormalisasi beberapa waktu yang lalu.
“Iya, sungai ini telah dinormalisasi oleh pihak terkait beberapa waktu yang lalu, tapi normalisasi bukanlah satu-satunya solusi yang tepat, tapi harus dibikin aliran sungai yang baru, sehingga air bisa dibagi menjadi dua arah, jika ini dilakukan banjir pasti berkurang,” ungkap Sony.
Dia menambahkan, diketahui tiga desa ini merupakan langganan banjir setiap musim hujan tiba.
“Banjir tersebut benar-benar telah merugikan warga setempat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian dan nelayan. Mereka tidak bisa menggarap lahan pertanian berupa sawah dikarenakan terendam banjir,” pungkasnya. (Tomi)